DBINFOBLOG.COM - Berikut contoh Skripsi Meningkatkan Prestasi Belajar Pelajaran Kewarganegaraan dengan menerapkan Strategi Gabungan Ceramah dan Simulasi
Artikel ini hanya memberikan contoh Meningkatkan Prestasi Belajar Pelajaran Kewarganegaraan dengan menerapkan Strategi Gabungan Ceramah dan Simulasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Di dalam belajar-mengajar guru
harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien,
mengena pada tujuan yang diharapkan
salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau
biasanya disebut metode pengajaran.
Teknik penyajian pelajaran adalah
suatu pengetahuan tentang cara-cara pengajaran yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah
sebagai teknik penyajian yang dikuasai
oleh guru untuk mengajar atau penyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam
kelas , agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh
siswa dengan baik. Di dalam kenyataan cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan
informasi atau massage lisan kepada
siswa berbeda degnan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai
pengetahuan, ketrampilan serta sikap. Metode yang digunakan untuk memotivasi
siswa agar mampu menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan suatu masalah
yang dihadapi ataupun untuk menjawab
suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan agar
siswa mampu berpikir dan mengemukakan
pendapatnya sendiri di dalam
menghadapi segala persoalan.
Kita mengenal bermacam-macam
teknik penyajian dari yang tradisional,
yang diguakan dahulu kala, tetapi juga yang modern, yang digunakan baru
akhir-akhir ini.
Perkembangan selanjutnya para ahli masih
perlu mengadakan penelitian dan eksperimen agar dapat menemukan teknik
penyajian yang dipandang paling efektif untuk pelajaran tertentu, apakah hal
itu akan terjawab, kita serahkan pada hasil penelitian para ahli tersebut.
Dari bermacam-macam teknik
mengajar itu, ada yang menekankan peranan guru yang utama dalam pelaksanakaan
penyajian, tetapi ada pula yang menekankan pada media hasil teknologi modern
seperti televise, radio, kasset, video-tape, film, head projector, mesin
belajar dan lain-lain, bahkan telah menggunakan bantuan satelit.
Metode mengajar yang guru gunakan
dalam setiap kali pertemuan bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi
yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan intruksional khusus, sebab dalam
kegiatan belajar mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah
konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar
memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dna
pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bias
membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
Agar belajar menjadi aktif siswa
harus mengerjakan banyak sekali tugas.
Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah dan
menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan,
bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk
mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (movong
about dan thinking alound)
Untuk bias mempelajari sesuatu
dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya
dan membahasnya dengan orang lain. Bukan
Cuma itu, siswa perlu “ mengerjakannya,” yakni menggambarkan sesuatu dengan
cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan
dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka
dapatkan.
Dengan menyadari gejala-gejala
atau kenyataan tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penuliis
mengambuil judul ‘ Meningkatkan Prestasi
Belajar Mata Pelajaran Kewarganegaraan Dengan Menerapkan Strategi Pembelajaran Kontekstual Model Pengajaran Gabungan
Ceramah dan Simulasi Pada Siswa
kelas V SD Negeri Jelbuk 02
Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember tahun
pelajaran 2011/2012
B. Rumusan
Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang
diats maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Apakah
penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan
Simulasi dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa terhadap materi pelajaran Kewarganegaraan pada siswa kelas V SD Negeri Jelbuk 02 Kecamatan Jelbuk
Kabupaten Jember
2. Bagaimanakah
pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan
Simulasi dalam meningkatkan motivasi,
minat, perhatian dan partisipasi belajar kewarganegaraan pada siswa kelas V SD Negeri Jelbuk 02 ?
C. Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas,
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Ingin
mengetahui bagaimanakah peningkatan prestasi belajar kewarganegaraan setelah
diterapkan pembelajaran kontekstuial model pengajaran Gabungan Ceramah dan
Simulasi pada siswa kelas V SD Negeri Jelbuk 02 ?
2. Ingin
mengetahui pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah
dan Simulasi dalam meningkatkan prestasi dan motivasi belajar terhadap materi
pelajaran. Kewarganegaraan setelah diterapkan pembelajaran kontekstual model
pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi pada siswa kelas V SD Negeri Jelbuk 02
D. Kegunaan
Penelitian
Adapun
maksud penulis mengadakan penelitian ini
diharapkan dapat berguna bagi:
1. Memberikan informasi tentang model
pembelajaran yang sesuai dengan proses
belajar mengajar kewarganegaraan.
2. Meningkatkan prestasi dan motivasi pada
pelajaran kewarganegaraan
3. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis
tentang peranan guru dalam meningkatkan
pemahaman siswa belajar Kewarganegaraan
4. Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
khususnya pada mata pelajaran kewarganegaraan.
5. Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan
materi pelajaran Kewarganegaraan.
E. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah persepsi
terhadap judul penelitian ini maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
- Metode
Ceramah adalah:
Adalah suatu cara penyampain
bahan pelajaran dengan komunikasi lisan.
- Metode
simulasi adalah:
Tingkah laku seseorang untuk
berlaku seperti orang yang dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat
mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat
sesuatu. Jadi siswa itu berlatih memegang perenan sebagai orang lain
- Motivasi
belajar adalah:
Dorongan dan kemauan belajar
yang dinyatakan dalam nilai atau skor yang setelah mengikuti kegiatan belajar
mengajar.
- Prestasi
belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan
dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.
F. Batasan Masalah
1. Penelitian ini
hanya dikenakan pada siswa kelas V
SD Negeri Jelbuk 02 Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember tahun pelajaran 2011/2012
2. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Sepetember semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan ceramah dan simulasi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan
Tentang Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar sudah
banyak dikemukakan dalam kepustakaan. Yang dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal
serta fungsional pada umumnya dan bidang
intelektual pada khususnya. Jadi
belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perbuatan pada
sikap dan tingkah laku yang lebih baik,
tetapi kemungkinan mengarah pada tingkah
laku yang lebih buruk.
Untuk
dapat disebut belajarm maka perubahan harus merupakan akhir dari pada periode yang cukup panjang.
Berapa lama waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi
perubahan itu hendaklah merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin
berlangsung berhasi-hari , berminggu-minggu, berbulan-bulan atau
bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu proses yanbg tidak dapat dilihat dengan nyata prose situ terjadi dalam diri
seseorang yang sedang mengalami belajar.
Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan
tingkah laku yang nampak, tetapi prosesnya
terjadi secara internal di dalam diri indivdu dalam penguasaan
memperoleh hubungan-hubungan baru.
2. Pengertian
Prestasi Belajar
Sebelum dijelaskan pengertian
mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian
prestasi. Prestasi adalah hasil ynag
telah dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasul yang telah
dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu.
Jadi
prestasi adalah hasil yang telah dicapai
oleh karena itu semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai.
Setiap individu belajar menginginkan
hasil yang baik mungkin. Oleh karena itu setiap individu harus belajar dengan
sebaik-baiknya supaya prestasinya
berhasil degna baik.
3. Pedoman
Cara Belajar
Untuk memperoleh prestasi/hasl
belajar yang baik dilakukan dengan baik dan pedoman cara yang tepat. Setiap
orang mempunyai cara atau pedoman sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman/cara
yang satu cocok digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang sesuai
untuk anak/siswa yang lain. Hal ini disebabkan
karena mempunyai perbedaan individu dalam hal kemampuan, kecepatan dan kepekaan
dalam menerima materi pelajaran.
Oleh
Karen itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus dikerjakan oleh
seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi factor yang paling
menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu sendiri. Untuk dapat
mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya harus mempunyai kebiasaan belajar
yang baik.
B. Faktot-Faktor
yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Adapun factor-faktor itu dapat
dibedakan menjadi dua golongan yaitu
a. Factor
yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut factor individu. Yang
termasuk ke dalam factor individu antara lain faktor kematangan atau
pertumbuhan, kecerdasaran, latihan, motivasi dan faktor pribadi.
b. Faktor
yang ada pada luar individu yang kita sebut
dengan faktor social
Sedangkan yang faktor social antara lain faktor
keluarga, keadaan rumah tangga, guru dan cara dalam mengajarkannya, lingkungan
dan kesempatan yang ada atau tersedia dan motivasi social.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas
menunjukkan bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Artinya
pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas, bagi
siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar akan dapat
dilalui dengan lancer dan pada gilirannya akan memperoleh prestasi atau hasil
belajar yang baik.
Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang
tidak menguntungkan dalam arti tidak ditunjang atau di dukung oleh
faktor-faktor diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat atau
menemui kesulitan.
2. Pengertian,
Tujuan dan Fungsi Kewarganegaraan
a. Pengertian
Pendidikan Pancasia dan Kewarganegaraan
Pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan ditetapkan atas dasar ketentuan yang tersirat dalam
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 pasal 39 ayat (1) Penjelasan pasal tersebut
menyatakan “ Pendidikan Pancasila megarahkan perhatian pada model yang diharapkan
dapat diwujudkannya dalam kehidupan
sehari-hari, yaitu perilaku yang
memancarkan nilai-nilai Pancasila”
“Dirjen Dikdasmen, 1989:5). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada
dasarnya merupakan usaha untuk membekali
peserta didk dengan kemampuan dan sikap serta pengetahuan dan ketrampilan dasar agar dapat tumbuh
menjadi pribadi, anggota masyarakat, dan warga Negara yang dapat
diandalkan oleh bangsa dan Negara dengan didasari nilai dan norma Pancasila.
Sejalan dengan pengertian itu, pendekatan kemampuan tanpa mengabaikan adanya
pemahaman terhadap konsep-konsep pengetahuannya.
Dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 pasal 39 ayat (3), dalam penjelasannya menyatakan sebagai
berikut, “ sebutan-sebutan pada ayat (3) bukan nama mata pelajaran, melainkan
sebuatan yang mengacu pada pembentukan kepribadian dan unsure-unsur kemampuan
yang diajarkan dan dikembangkan melalui pendidikan dasar. Lebih dari satu
unsure tersebut dapat digabungkan dalam satu mata pelajaran atau sebaliknya satu unsur dapat dibagi
menjadi lebih dari satu mata pelajaran.
Berdasarkan penjelasan di
atas dan prinsip penyederhanaan yang
digunakan dalam pengembangan kurikulum, Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
Kewarganegaraan disatukan menjadi satu mata pelajaran dengan sebutan Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (Kewarganegaraan)
b. Tujuan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Sebagaimana fungsi
pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraaan, maka tujuan Pendidikan
nasional, tujuan setiap jenjang pendidikan, serta tahap perkembangan peserta
didik yang didasarkan pada nilai morall Pancasila dalam kehidupan seharu-hari
merupakan bekal untuk mengikuti pendidikan pada jenjang selanjutnya.
c. Fungsi
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Penentuan fungsi Pendidikan
Pancasila dan kewarganegaraan didasarkan pada tahap perkembangan peserta didik.
Makin tinggi taraf perkembangan peserta didik makin meluas fungsi pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan. Dalam bagian pendahuluan pengajaran Kewarganegaraan dirumuskan
dalam 3 jenjang sesuai dengan satuan pendidikan dengan rincian sebagai berikut:
1. Mengambangkan
dan melestarikan nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mengambangkan dan membina siswa agar sadar
akan hak dan kewajiban taat pada peraturan
yang berlaku serta berbudi pekerti luhur.
3. Membina
siswa agar memahami dan menyadari hubungan antara sesame anggota keluarga,
sekolah dan masyarakat serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
(Depdikbud, 1994:1)
C. Motivasi
Belajar
1. Pengertian Motivasi
Istilah
motivasi menunjuk kepada semua gejala yang terkandung dalam stimulus tindakan
kea rah tujuan tertentu di mana sebelumnya tidak ada gerakan menuju kea rah tujuan tersebut. Motivasi
dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan insentif di di luar diri
individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah di dalam kelas, motivasi adalah
proses membangkitkan, mempertahankan dan mengontrol minat-minat.
Suatu
prinsip yang mendasari tingkah laku ialah bahwa individu selalu mengambil jalan pendek menuju suatu tujuan. Orang
dewasa mungkin berpandangan bawah di dalam
kelas para siswa harus mengabdikan dirinya kepada penguasaan kurikulum. Akan tetapi para siswa
tidak selalu melihat tugas-tugas sekolah sebagai jalan terbaik yang menujui kearah kebebasan , produktivitas
, kedewasaan atau apa saja yang dipandang mereka sebagai perkembangan yang
disukai. Dalam hubungan ini tugas guru adalah menolong mereka untuk memilihj topic, kegiatan atau
tujuan yang bermanfaat baimk untuk jangka panjang maupun jangka pendek.
D. Motivasi
Belajar Remaja
1. Harapan untuk sukses dalam memecahkan masalah
tingkah laku
Untuk memecahkan masalah tingkah laku
a. Kesulitan
tugas yang dipelajari dan banyaknya pengalaman yang telah dimiliki individu
untuk mengerjakan tugas yang sama. (Sulit mempelajari sejumlah pengalaman dalam
waktu yang sama)
b. Penggunaan
situasi yang tepat untuk memecahkan masalah yang khusus.Ada dua kemungkinan memecahkan masalah itu, yaitu
gagal dalam arti tidak tercapai tujuan atau sukses dalam arti berhasil apa yang
diharapkan. Untuk membuktikan kelompok mana yang berhasil “baik” ada empat
kelompok percobaan yaitu:
a. Kelompok
yang diberi dorongan
b. Kelompok
yang diberi rintangan (tak diberi dorongan)
c. Kombinasi
kelompok a dan b
d. Kelompok
pengontrol yang tidak diberi penguatan
verbal.
2. Tinjauan
masa Depan yang Optimistis dan Prestasi Akademis
Tujuan memberikan arah bagi
perilaku sekaligus memberi motivasi untuk bekerja pada saat itu. Individu yang
berprestas akademi tinggi
tampaknya ditandai oleh sikap-sikap yang lebih optimis dan pemusatan
perhatiannya lebih tinggi terhadap tujuan-tujuan masa mendatang.
Menurut
teori Eston yang sejalan teori Lewi,
bila dalam diskusi para pengelola selalu membicarakan masa akan yang akan
dating, berarti mereka mempunyai harapan positif dan optimis. Sebaliknya ,
mereka yang kurang perhatian, tanpa konsentrasi, berarti harapannya pendek dan prestasinya rendah.
3. Motivasi
siswa dalam Hubungan degnan Aktivitas Dorongan Sosial
Menurut teori Boyle M.Bortner
( dalam Halamik, Oemar, 2000:179), guru tidak selalu dapat menciptakan
motivasi, sedangkan motivasi adalah dasar untuk setiap usaha dan berpengaruh
terhadap pihak lain. Contohnya pembuat iklan, penerbit, mandor, dan hakim,
selalu memikirkan motivasi. Begitu pula guru harus disukai oleh ynag lain.
Motivasi itu sangat penting dan menentukan kegiatan dalam belajar. Bila remaja
tidak punya motivasi maka guru tidak menjamin penepatan siswa di kelas
tertentu, baik kegiatan belajarnya maupun
keberhasilannya.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi motivasi ialah umur, kondisi fusuk dan kekuatan intelegensi
yang juga harus dipertimbangkan dalam hal ini. Motivasi sangat penging karena
suatu kelompok yang tidak punya motvasi (belajarnya kurang atau tidak
berhasil). Dengan demikan, motivasi harus dikembangkan berdasarkan pertimbangan
perbedaan individual. Secara umum semua manusia membutuhkan motivasi untuk giat
bekerja kecuali (mungkin0 orang yang
sudah tua dan orang yang sedang sakit.
4. Dorongan
Aktivitas
Hampir setiap orang menyukai
situasi yang menyediakan pekerjaan. hal ini dapat kita lihat misalnya anak
kecil biasanya suka berlari, meloncat, berteriak, bermain membangun remaja biasanya belajar
berorganisasi, berpartisipasi, menari, mengembangkan hobi dan membuat rencana. Ini berarti bahwa
guru harus melihat dan memperhatikan siswa mana yang aktif dan kreatif sehigga
perlu diberi kesempatan untuk aktif. Guru membantu siswa yang mendapat kesulitan atau suatu
masalah. Ia memberikan petunjuk dan demonstrasi, melaksanakan karyawisata,
survey, wawancara dengan warga
masyarakat dan sebagainya.
5. Dorongan
untuk merasa aman
Remaja mempunyai motif yang
kuat untuk mengembangkan minat dan
memperoleh pekerjaan, berdiri sendiri, mengubah status social, dan
mengembangkan emosi yang normal.
Motivasi
dapat digunakan sebaai alat dalam prosedur belajar-mengajar dengan demikian ,
guru harus membantu mereka dalam memenui kebutuhan akan keamanannya antara lain
dengan cara sebagai berikut:
a. Memberikan
kesempata yang cukup untuk berpartisipasi aktif, memberi semangat, memberi ide
dan menyediakan situasi belajar yang baik.
b. Melaksanakan
kegiatan dramatisasi melalui perencanaan bersama guru dan para siswa.
c.
Mengadakan survaim wawancara dan mendorong
keberanian mereka dalam forum pertemuan dengan orang dewasa.
d. Memecahkan
masalah bersama siswa. Guru jangan memecahkan masalah secara samara-samar
karena tidak akan berhasil baik.
6. Dorongan
untuk Masteri (The Mastery)
Remaja memiliki keinginan
untuk berdiri sendiri. Untuk memuaskan dorongan ini guru harus memberi semangat
kepada mereka, antara lain dengan cara :
a. Membantu
setiap siswa sampai dia sukses.
b. Membebaskan
siswa dar keterbelakangan
c. Mengembangkan
kemampuan mereka secara optimal.
d. Memberikan
bimbingan dan latihan
7. Dorongan
untuk Dihargai (the Drive for
Recognition)
Setiap orang ingin dihargai
oleh orang lain. Misalnya
a. Anak
kecil ingin dikenal oleh anggota keluarga lainnya.
b. Pada masa sekolah anak mempunyai kondisi yang kuat
untuk dikenal oleh teman-temannya.
Beberapa orang siswa merasa
tidak beruntung karena mereka tidak mendapat pengakuan social sebagaimana
mestinya. Mungkin siswa yang
bersangkutan kurang kemampuannya. Guru
akan berusaha meningkatkan hasil belajarnya, bukan membeda-bedakan dari yang
lainnya. Guru perlu memberikan pujian untuk menghargai kemajuan seseorang. Ia
hendaknya berusaha menyalurkan minat siswa melalui pengalaman dalam pekerjaan
dan dalam hobinya.
8. Dorongan
untuk Merasa Memiliki (The for Belonging)
Keinginan untuk hidup
berkelompok juta terdapat di kalangan remaja. Hal ini perlu dikembangkan sejak kecil sejak anak masuk sekolah mereka
menyukai setiap orang. Hal ini dapat dijadikan
modal guru dalam memotivasi. Teknik penyajiannya ialah melalui aktivitas
kelompok, panitia kerja, percobaan, pembentukan klub-klub, khusus, misalnya
klub percakapan bahasa inggris.
E. Prinsip
Motivasi
Prinsip ini di susun atas dasar
penelitian yang seksama dalam rangka mendorong motivasi belajar siswa di
sekolah berdasarkan pandangan demokrasi.
1. Pujian lebih efektif
dari pada hukuman . hukuman
bersifat menghentikan suatu perbuatan,
sedangkan pujian bersifat menghargai
apa yang telah dilakukan. Oleh karena itu pujial lebih besar nilainya bagi
motifasi belajar.
2. Semua
siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar)
yang harus mendapat pemusatan.
Kebutuhan-kebutuhan itu menyatakan diri dalam berbagai bentuk yang berbeda.
3. Motivasi
yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang dipaksakan dari luar. Kepuasan yang didapat
oleh individu itu sesuai dengan ukuran
yang ada di dalam dirinya sendiri.
4. Jawaban
( perbuatan) yang serasi (sesuai dengan
keinginan) memerlukan usaha penguatan (reinformancement)
apabila suatu perbuatan belajar mencapai tujuan maka perbuatan itu
perlu segera diulang kembali beberapa menit kemudian sehingga hasilnya lebih
mantap. Penguatan ini perlu dilakukan dalam setiap tingkat pengalaman belajar.
5 Motivasi
mudah menjalar luar terhadap orang lain. Guru yang berminat tinggi dan antusias
akan mempengaruhi para siswa sehingga mereka juga berminat tinggi dan antusias.
Siswa yang antusias akan mendorong motivasi para siswa lainnya.
6. Pemaham
yang jelas tentang tujuan belajar akan merangsang motivasi apabila seseorang
telah menyadari tujuan yang hendak dicapainya, perbuatannya kearah itu akan
lebih besar daya dorongnya.
7. Tugas-tugas
yang bersumber dari diri sendir akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk
mengerjakannya ketimbang bila tugas-tugas itu dipaksanakan oleh guru. Apabila
siswa diberi kesempatan untuk menemukan masalah sendiri dan memecahkannya
sendiri ia akan mengembangkan motivasi dan disiplin yang lebih baik.
8. Pujian-pujian
yang datannya dari luar (external
rewards) kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat
yang sebenarnya. Berkat dorongan orang lain misalnya untuk memperoleh angka yang lebih tinggi, siswa akan berusaha lebih giat
karena minatnya menjadi lebih besar.
9. Teknik
dan prosedur mengajar yang bermacam-macam itu efektif untuk mendorong minat
siswa. Cara mengajar yang bersifat ini
akan menimbulkan situasi belajar yang menantang dan menyenangkan.
10.Minat khusus yang dimiliki oleh siswa
berdaya guna untuk mempelajari hal-hal lainnya. Minat khusus
yang telah dimiliki oleh siswa, misalnya minat bermain bola basket, akan mudah
ditransferkan kepada minat dalam bidang studi atau dihubungkan dengan
masalah tertentu dalam bidang studi.
11.Kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang
minat para siswa yang tergolong kurang tidak ada artinya bagi para siswa ynag tergolong pandai. Hal ini
disebabkan oleh perbedaanb tingkat abilitas pada siswa tersebut. Oleh karena
itu guru yang hendak membangkitkan minat para siswanya hendaknya menyesuaikan
usahanya dengan kondisi yang ada pada mereka.
12.Tekanan dari kelompok siswa umumnya lebih
efektif dalam memotivasi dibandingkan dengan tekanan atau paksaan dari orang
dewasa.
13. Motivasi erat hubungannya dengan kreativitas siswa. Dengan teknik mengajar
tertentu, motivasi dapat diarahkan kepada kegiatan-kegiatan kreatif. Motivasi
yang telah dimiliki oleh siswa apabila
diberi semacam hambatan misalnya adanya ujian yang mendadak, peraturan sekolah,
kreativitasnya akan meningkat sehingga dia lolos dari hambatan itu.
14. Kecemasan akan menimbulkanm kesulitan belajar.
Kecemasan ini akan mengganggu perbuatan belajar sebab akan mengakibatkan
pindahnya perhatiannya kepada hal laan sehingga kegiatan belajarnya menjadi
tidak efektif.
15. Kecemasan dan frustasi dapat membantu
siswa berbuat lebih baik. Emosi yang lemah dapat menimbulkan perbuatan yang lebih energetic,
kelakuan yang lebih bergairah.
16. Tugas yang terlalu sukar dapat
mengakibatkan frustasi sehingga dapat menuju kepada demoralisasi. Karena
terlalu sulitnya tugas itu, para siswa cenderung melakukan hal-hal yang tidak wajar sebaga
manifestasi dari frustasi yang terkandun di dalam dirinya.
17. Tiap siswa mempunyai tingkat frustasi
dan toleransi yang berlain-lainan.
F. Teknik
Memotifasi Berdasarkan Teori Kebutuhan
1. Pemberian Penghargaan atau Ganjaran
Teknik ini dianggap berhasil
bila menumbuh kembangkan minat anak untuk mempelajari atau mengajarkan sesuatu.
Tujuan pemberian penghargaan adalah membangkitkan atau mengembangkan minat.
Jadi penghargaan ni menjadi tujuan. Tujuan pemberian penghargaan Karena telah
melakukan kegiatan belajar dengan baik, ia akan terus melakukan kegiatan
belajarnya sendiri di luar kelas.
2. Pemberian
Angka atau Grade
Apabila pemberian angka atau
grade didasarkan atas perbandingan
interpersonal dalam prestasi akademis, hal ini akan menimbulkan dua hal : anak
yang mendapat angka baik dan anak yang mendapat angka jelek. Pada anak yang
mendapat angka jelek mungkin akan berkembang rasa rendah diri dan tidak ada
semangat ter hadap pekerjaan-pekerjaan sekolah.
Dalam
hubungan ini, William Glasser dalam Schools without Failure (1969) (dalam
Hamalik Umat, 2000:184) menyatakan “ karena
grade a tau angka itu lebih banyak menekankan kegagalan daripada
keberhasilan dan karena kegagalan itu merupakan dasar bagi timbulnya
masalah-masalah, maka saya menyarankan system pelaporan kemajuan siswa yang keseluruhannya menghilangkan kegagalan.
Saya menyarankan jangan ada siswa yang
tergolomng gagal atau hal-hal yang menyebabkan a merasa gagal dengan adanya
system angka”.
3. Keberhasilan dan tingkat Aspirasi
Istilah “tingkat aspirasi”
menunjuk kepada tingkat pekerjaan yang diharapkan pada masa depan berdasarkan
keberhasilan atau kegagalan dalam tugas-tugas yang mendahuluinya. Konsep ini
berkaitan erat dengan konsep seseorang tentang dirinya dan
kekuatan-kekuatannya.
Menurur
Smith apa yang dicita-citakan seseorang untuk dikerjakan pada masa datang
tergantung pada pengamatannya tentang apa—apa yang mungkin baginya. Menurut
Borow, tingkat aspirai banyak tergantung pada inteligensi, status social
ekonomi, hubungan dan harapan orang tua. Akan tetapi faktor yang paling kuat adalah perbandingan
besar-kecilnya (proporsi) pengalaman tentang keberhasilan dan kegagalan
(Hamalik, Oemar, 2000:185)
Dalam
hubungan ini guru dapat menggunakan prinsip bahwa tujuan-tujuna harus dapat
dicapai dan para siswa merasa bahwa mereka akan mampu mencapainya.
4. Pemberian
Pujian
Teknik lain untuk memberikan
motivasi adalah pujian. Namun harus diingat bahwa efek pujian itu tergantung pada siapa yang
memberi pujian dan siapa yang menerima pujian itu.
5. Kompetisi
dan Kooperasi
Persaingan merupakan insentif
pada kondisi-kondisi tertentu, tetapi dapat merusak pada kondisi yang lain.
Dalam kompetisi harus terdapat kesepakatan uyan sama untuk menang. Kompetisi
harus mengandung suatu tingkat kesamaan dalam sifat-sifat para peserta.
a. Kompetisi
interpersonal antara teman-teman sebaya sering menimbulkan semangat persaingan.
b. Kompetisi
kelompok di mana setiap anggota dapat
memberikan sumbangan dan terlibat di dalam keberhasilan kelompok merupakan
motivasi yang sangat kuat.
c. Kompetisi
dengan diri sendiri, yaitu dengan catatan tentang prestasi terdahulu, dapat
merupakan motivasi yang efektif.
Adapun kebutuhan akan
realisasi diri, diterima oleh kelompok dan kebutuhan akan rasa aman dan
keselamatan dapat lebih banyak dipenuhi dengan cara kerja sama. Menurut lowry
dan Rankin (1969) kerja sama adalah fungsi utama dan merupakan bentuk yang
paling dasar dari hubungan-hubungan antar kelompok (dalam Hamalik, Umar, 2000:
186)
6. Pemberian
Harapan
Harapan selalu mengacu ke
depan Artinya, jika seseorang berhasil melaksanakan tugasnya atau berhasil
dalam kegiatan belajarnya dia dapat memperole dan mencapai harapan-harapan yang
telah diberikan kepadanya sebelumnya. Itu sebabnya pemberian harapan kepada
siswa dapat menggugah minat dan motivasi belajar asalkan siswa yakin bahwa
harapannya bakal terpenuhi kelak. Harapan itu dapat merupakan hadiah,
kedudukan, nama baik, atau sejenisnya. Sebaliknya cara ini tidak menghasilkan
apa-apa jika tidak memenuhi harapan yang diberikan kepada para siswa.
G. Simulasi
Dalam
pengajaran modern teknik ini telah banyak dilaksanakan, sehingga siswa bisa
berperan seperti orang-orang atau dalam keadaan yang dikehendaki.
Simulasi
adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan,
dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana
orang itu merasa dan berbuat sesuatu. Jadi siswa itu berlatih memegang peranan
sebagai orang lain. Simulasi mempunyai bermacam-macam bentuk pelaksanaan ialah:
peer-teancing, sosiodrama,
psikodrama, simulasi game dan role
prlaying.
Contohnya: siswa
melatih mengajar di depan kelas, berperan sebagai buru. Dalam pengajaran
konpeksi, siswa berperan sebagai manager, penggunting bahan, penjahit, mereka
sedang memerankan sekelompok orang yang mengelola konpeksi pakaian.
Teknik simulasi baik sekali
kita gunakan karena:
-
Menyenangkan
siswa.
-
Menggalakkan
guru untuk mengembangkan kreativitas siswa.
-
Memungkinkan
eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya.
-
Mengurangi
hal-hal yang verbalistis atau abstrak.
-
Tidak
memerlukan pengarahan yang pelik dan mendalam.
-
Menimbulkan
semacam interaksi antar siswa, yang memberi kemungkinan timbulnya keutuhan dan
kegotong-royongan serta kekeluargaan yang sehat.
-
Menimbulkan
respon yang positif dari siswa yang lamban/ kurang cakap.
-
Menumbuhkan
cara berpikir yang kritis.
-
Memungkinkan
guru bekerja dengan tingkat abilitas yang berbeda-beda.
Walaupun
teknik ini baik dan memiliki keunggulan, tetapi masih juga mempunyai kelemahan
ialah:
-
Efektivitas
dalam memajukan belajar siswa belum dapat dilaporkan oleh riset.
-
Terlalu
mahal biayanya.
-
Banyak orang
meragukan hasilnya karena sering tidak diikutsertakannya elemen-elemen yang
penting.
-
Menghendaki
pengelompokan yang fleksibel, perlu ruang dan gedung.
-
Menghendaki
banyak imajinasi dari guru maupun siswa.
-
Menumbuhkan
hubungan informasi antara guru dan siswa yang melebihi batas.
-
Sering
mendapat kritik dari orang tua karena dianggap permainan saja.
Bila guru
mampu mengurangi kelemahan-kelemahan itu, maka pelaksanaan teknik simulasi akan
berhasil sekali.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan (action research) Karena
penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian
ini juga termasuk penelitian dskriptif, sebab menggambarkan bagaimana
suatu teknik pembelajaran diterapkan dan
bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut
Sukidin dkk, (2002L54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu (1)
penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif,
(3) penelitian tindakan simulatif
terinteratif dan (4) penelitian tindakana social eksperimental.
Keempat
bentuk penelitian tindakan diatas ada persamaan dan perbedaannya. Menurut Oja
dan Smulyan sebagaiman dikutip oleh Kasbolah, (2000) (dalam Sukidin, dkk
2002:55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada (1) tujuaan utamanya
atau pada tekanannya (2) tingkat
kolaborasi antara pelaku peneliti dan penelitia dari luar (3) proses
yang digunakan dalam melakukan penelitian dan (4) hubungan antara proyek dengan
sekolah.
Dalam
penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru angat
berperan sekali dalam proses penelitian
tindakan kelas. Dalam bentuk in, tujuan utama penelitian tindakan kelas
ialah untuk meningkatkan praktik-praktif pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan
ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya
tidak dominant dan sangat kecil.
Penelitian
ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan
Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk
spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu
siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refreksi.
Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan
dirasa sudah cukup.
A. Tempat,
waktu dan Subjek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah
tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang
diinginkan. Penelitian ini bertempat di SD Negeri Jelbuk 02 Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember tahun
pelajaran 2011/2012
2. Waktu
Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu
berlangsungnuya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjil 2011/2012
3. Subyek
penelitian
Subyek penelitian adalah
siswa-siswa kelas V SDN Jelbuk 02 tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan nilai,
macam-macam norma dan sanksinya.
B. Rancangan
Penelitian
Menurut pengertiannya penelitian
tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat yang
bersangkutan (Arikunto, Suharsimi 2002:82). Cirri atau karakteristik utama
dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara
peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakana adalah satu
strategi pemecahana masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk
proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan
memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan
tersebut dapat saling mendukung satu
sama lain.
Sedangkan
tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:
1. Permasalahan
atau topic yang dipilih harus memenuhi
criteria yitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu
ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
2. Kegiatan penelitian, baik interensi maupun pengamatan
yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.
3. Jenis
intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien artinya terpilih
dengan tepat sasaran dan tidakj
memboroskan waktu dana dan tenaga.
4. Metodologi yang digunalkan harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah dari tindakana
dirumuskan dengan tegas sehingga orang
yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan
pembuktiannya.
5. Kegiatan
penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going) mengingat bahwa pengembangan
dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapta berhenti
tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu
(Arikunto, Suharsimi, 2002:82:82)
Sesuai dengan jenis penelitian yang
dipilih yaitu penelitian tindkaan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian
tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002:83),
yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap
siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan) dan reflection
(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah
direvisi, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I
dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus
spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat di lihat pada gambar
berikut:
Penjelasan alur diatas adalah:
1. Rancangan/rencana
awalk, sebelum mengadakan penelitian menyusun rumusan masalah, tujuan dan
membuat rencana tindakan termasuk di dalamnya instrument penelitian dan
perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan
dan pengamatan meliputi tindakan yang
dilakukan oleh peneliti sebagai upaya
membangun pemahaman konsepo siswa serta mengamati hasil atau dampak dari
diterampkannya pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan
Simulasi .
3. Refleksi,
peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan
yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
4. rancangan/rencana
yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang
direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya:
Observasi dibagi dalam tiga
putaran, yaitu putaran 1,2, dan 3 dimana masing-masing putaran dikenai
perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di
akhir masing-masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk m
emperbaiki system pengajaran yang telah
dilaksanakan.
C. Alat
Pengumpul Data
Alat pengumpul data dalam penelitian
ini adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah (1) untuk menentukan seberapa
baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu
: (2) untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai dan (3) untuk
memperoleh suatu nilai (Arikunto, Suharsimi, 2002:149). Sedangkan tujuan dari
tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individu maupun
secara klasikal. Disamping itu untujk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa sehingga dapat dilihat dimana kelemahan, khususnya pada bagian
mana TPK yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang di kumpulkan maka juga
digunakan metode observasi (pengamatan )
yang dilakukan oleh teman sejawat untuk mengetahui dan merekam aktivitas
guru dan siswa dalam proses belajar
mengajar.
D. Analisis
Data
Dalam rangka menyusun dan mengelola
data yang terkumpul sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat
dipertanggung jawabkan maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode
observasi digunakan data kuantitatif. Cara perhitungan untuk mengetahui
ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:
1. Merekapitulasi
hasil tes
2. Menghitung jumlah
skor yang tercapai dan prosentasenya
untuk masing-masiong siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar
seperti yang terdapat dalam buku
petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika
mendapatkan nilai minimal 65, sedangkan secara
individual mencapai 85% yang telah memcapai daya serap lebih dari sama
dengan 65%.
3. Menganalisis
hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat pada aktivitas guru dan siswa
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Suatu
pokok bahasan atau sub pokok bahasan dianggap tuntas secara klasikal jika siswa
yang mendapat nilai 65 lebih dari atau sama dengan 85% sedangkan seorang siswa
dinyatakan tuntas belajar pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan tertentu
jika mendapat nilai minimal 65.
A. Analisis
data Penelitian Persklus
1. Siklus
I
a. Tahap
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan pembelajaran yang
terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran
yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolahan
pembelajaran kontekstual model Gabungan Ceramah dan Simulasi dan lembar
observasi aktivitas siswa.
b. Tahap
kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 6 September 2011 di kelas V dengan jumlah siswa 30 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I
dengan tujuan untuk mengetahui keberhasln siswa dalam proses belajar mengajar
yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai
berikut:
Table
4.1 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklud I
No |
Uraian |
Hasil Siklus I |
1 2 3 |
Nilai
rata-rata tes formatif Jumlah
siswa yang tuntas belajar Persentase
ketuntasan belajar |
70,25 20 70.00 |
Dari
tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan
menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasdis proyek/tugas
diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 70,25 dan ketuntasan
belajar mencapai 70,00% atau ada 20
siswa dari 30 siswa sudah
tuntas belajar. Hasil ter sebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara
klalsik siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ³65
hanya sebesar 70,00% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki
yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum
mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pembelajaran
kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi .
c. Refleksi
Dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan
sebagai berikut:
1. Perlu lebih intensif dalam pemotivasian dan penyampaan
tujuan poembelajaran.
2. Perlu lebih efektif dalam pengelolaan waktu
3. Siswa kurang aktif selama pembelajaran
berlangsung
d. Analisis
Data Minat, Perhatian, Partisipasi
1. Minat
Dari analisis data
diperoleh hasil sebanyak 15 anak
(62,50%) memiliki minat baik, 10
anak (12,50%) memiliki perhatian cukup, dan 5 anak (25,00% memiliki minat kurang.
2. Perhatian
Dari analisis data
diperoleh hasil sebanyak 20 anak (50,00%) memiliki perhatian baik, 5 anak (25,00%) memiliki perhatian
cukup, dan 5 anak (40,00) memiliki perhatian kurang.
3. Partisipasi
Dari analisis data diperoleh
hasil sebanyak 10 anak (42,50%)
memiliki partisipasi baik, 15
anak (35m50%) memiliki partisipasi cukup, dan 5 anak (25,00% memilik pastisipasi kurang.
e. Refisi
Pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu
adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1. Guru
perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa
diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2. Guru
perlui mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan
informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.
3. Guru
harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bias
lebih antusias.
2. Siklus
II
a. Tahap
perencanaan
Pada tahap in peneliti
mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2,
soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga
dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran kontekstual model
pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi dan lembar observasi siswa.
b. Tahap
kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 7 September 2011 di kelas V dengan jumlah siswa 30
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus
I, sehingga kesalahan atau kekuarangan pada siklus I tidak terulang lagi pada
siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes
formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes
formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut:
Tabel
4.2 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Sisw
pada Siklus II
No |
Uraian |
Hasil Siklus I |
1 2 3 |
Nilai
rata-rata tes formatif Jumlah
siswa yang tuntas belajar Persentase
ketuntasan belajar |
75,50 25 82,50 |
Dari tabel di ata diperoleh nilai
rata-rata prestasi belajar siswa adalah 75,50 dan ketuntasan belajar mencapai
82,50% atau ada 5 siswa dari 30 siswa sudah tuntas
belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar
secara klasik telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus
c. Analisis
Data Minat, Perhatian, Partisipasi.
1. Minat
Dari analisis data
diperoleh hasil sebanyak 20
anak (67,50%) memiliki minat baik, 5
anak (15,00%) memiliki minat cukup, dan 5 anak (17,05%) memiliki minat kurang.
2. Perhatian
Dari analisis data
diperoleh hasil sebanyak 18
anak (62,50%) memiliki perhatian baik, 10 anak (17,50%) memiliki perhatian cukup dan 2 anak (20,00%) memiliki perhatian kukrang
.
3. Partisipasi
Dari analisis data
diperoleh hasil sebanyak 15
anak (62,50%) memiliki partisipasi baik, 18 anak (22,50%)
memiliki partisipasi cukup, dan 7
anak (15,00%) memiliki partisipasi kurang.
d. Refleksi
Dalam pelaksanaan
kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1. Memotivasi
siswa
2. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3. Pengelolaan
waktu
e. Refisi
Rancangan
Pelaksanaan kegiatan
belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu
adanya revisi uintuk dilaksanakan pada siklus II antara lain:
1. Guru
dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama
proses belajar mengajar berlangsung.
2. Guru
harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri
siswa baik untuk mengemukakan pendapat
atau bertanya.
3. Guru
harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan
konsep.
4. Guru
harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
5. Guru
sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada
siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.
3. Siklus
III
a. Tahap
Perencanaan
Pada tahap ini penelitian
mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3,
scan tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Seklain itu juga
dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran kontekstual model
pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
b. Tahap
kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 10 September 2011 di kelas V dengan jumlah siswa 30
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana
pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau
kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar
mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif
III. Adapun data hasil penelitian pada
siklus III adalah sebagai berikut:
Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti
terlihat pada tabel berikut
Tabel
4.2 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Sisw
pada Siklus II
No |
Uraian |
Hasil Siklus I |
1 2 3 |
Nilai
rata-rata tes formatif Jumlah
siswa yang tuntas belajar Persentase
ketuntasan belajar |
80,50 21 92,50 |
Berdasarkan tabel diatas diperoleh
nilai rata-rata tes formatif sebesar 80,50 dan dari 30 siswa yang telah tuntas sebanyak 4 siswa dan 5 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal
ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 92,50% (termasuk kategori
tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus
II. Adanya peningkatan hasil belajar
pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam
menerapokan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan
Simulasi sehingga siswa lebih mudah
dalam memahami materi yang telah diberikan.
c. Analisis
data Minat, Perhatian, Partisipasi
1. Minat
Dari analisis data
diperoleh hasil sebanyak 22
anak (77,50%) memiliki minat baik, 4
anak (12,50%) memiliki minat cukup dan 4 anak (10,00%) memiliki minat kurang.
2. Perhatian
Dari analisis data
diperoleh hasil sebanyak 7 anak (72,50%) memiliki perhatian baik, 13 anak (17,50%) memiliki perhatian
cukup, dan 10 anak (10,00%)
memiliki perhatian kurang.
3. Partisipasi
Dari analisis data
diperoleh hasil sebanyak 18
anak (67,50%) memiliki partisipasi baik,
10 anak (22,50%) memiliki
partispasi cukup, dan 2 anak
(10,00%) memiliki partisipasi kurang.
d. Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih
kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran
kontektual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi . Dari data-data yang
telah diperoleh dapat diurakain sebagai berikut:
1. Selama proses belajar mengajar guru telah
melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang
belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek
cukup besar.
2. Berdasarkan
data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar
berlangsung.
3. Kekuranan pada siklus-siklus sebelumnya sudah
mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4. Hasil
belajar siswa pada siklus III mencapai
ketuntasan.
e. Refisi
Pelaksanaan
Pada siklus III guru
telah menerapkan pembelajaran kontekstual model
pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa
serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan
dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yuang perlu
diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan
apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar
selanjutnya penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan
Ceramah dan Simulasi dapat meningkatkan
proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
B. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran
kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman
siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari
siklus I,II dan III) yaitu masing-masing 70,00%,82,50% dan 92,50% . pada siklus
III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan
Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data,
diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan
pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal
ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai
rata—rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas
Siswa dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data,
diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran Kewarganegaraan pada pokok bahasan nilai, macam norma dan
sanksinya dengan pembelajarsan kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas yang paling dominant adalah
belajar dengan sesame anggota kelompok, mendengarkan/memperhatikan penjelasan
guru dan diskusi antara siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan
bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
4. Analisis
Data Minat, Perhatian, Partisipasi
a. Minat
Dari analisis data siklus I diperoleh hasil
sebanyak 15 siswa
(62,50%) memiliki minat baik,
10 siswa (12,50%) memiliki
minat cukup dan 5 siswa
(25,00%) memiliki minat kurang. Siklus II sebanyak 20 siswa (67,50%) memiliki minat baik, 5 siswa (15,00%) memiliki minat cukup dan 5 siswa (17,50%) memiliki minat kurang. Dan
siklus III diperoleh hasil sebanyak 22 siswa (77,50%) memiliki minat baik, 4 siswa (12,50%) memiliki minat cukup dan 4
siswa (10,00%) memiliki minat kurang.
Dari
hasil ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran Kewarganegaraan dengan
menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan
Simulasi dapat meningkatkan minat siswa
terhadap pembelajaran.
b. Perhatian
Dari
analisis data siklus I diperoleh hasil sebanyak 20 siswa (50,00%) memiliki
perhatian baik, 5 siswa
(25,00%) memiliki perhatian cukup, 5
siswa (25,00%) memiliki perhatian kurang. Siklus II diperoleh hasil sebanyak 18 siswa (62,50%) memiliki
perhatian baik, 10 siswa (17,50%) memiliki perhatian cukup
dan 2 siswa (20,00%) memiliki
perhatian kurang. Dan siklus III diperoleh hasil sebanyak 15 siswa (77,50%) memiliki minat baik, 18 siswa (12m50%) memiliki minat
cukup, dan 7 siswa (10,00%)
memiliki minat kurang
Dari
hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa kegiatan pembelajaran kewarganegaraan
dengan menerapkan pembelajaran kontektual model pengajaran Gabungan Ceramah dan
Simulasi dapat meningkatkan perhatian
siswa terhadap pembelajaran.
c. Partisipasi
Dari analisis data siklus
I diperol hasil sebanyak 10
siswa (42,50%) memiliki partisipasi baik, 15 siswa 932,50%) memiliki perhatian
cukup, dan 15 siswa
(25,00%) memiliki perhatian kurang. Siklus II diperoleh hasil sebanyak 15 siswa (62,50%) memiliki
perhatian baik, 18 siswa
(22,50%) memiliki perhatian cukup dan 7 siswa (15,00%) memiliki perhatian kurang. Dan siklus III diperoleh
hasil sebanyak 18 siswa (67,.50%)
memiliki perhatian baik, 10
anak (22,50%) memiliki partisipasi cukup dan 4 siswa (10,00,%) memiliki perhatian kurang.
Dari
hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa kegiatan pembelajaran kewarganegaraan dengan
menerapkan pembelajaran kontekstual
model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi dapat meningkatkan partispasi siswa terhadap
pembelajaran.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan
dari tujuan penelitian tindakan kelas (action research) untuk meningkatkan mutu
pembelajaran yang terjadi di kelas, serta berdasarkan hasil penelitian yang
telah dipaparkan selama tigas siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis
yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebaga berikut:
1. Pembelajaran
kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
Kewarganegaraan.
2. Pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah
dan Simulasi memiliki dampak positif
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (70,00%), siklus
II (82,50%), siklus III (92,50%)
3. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok,
serta mampu mempertanggung jawabkan segala tugas individu maupun kelompok.
4. Penerapan
pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat
meningkatkan motivasi, minat, dan partisipasi belajar siswa.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh
dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Kewarganegaraan lebih
efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan
saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan pembelajaran kontekstual
model Gabungan Ceramah dan Simulasi memerlukan persiapan yang cukup matang,
sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bias
diterapkan dengan pembelajaran kontektual model Gabungan Ceramah dan Simulasi dalam
proses belajar mengajar sehingga
diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam
tahap awal pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasiws proyek/tugas
sebaiknya perlakukan kontekstual
model pengajaran Gabungan Ceramah dan
Simulasi yang diterapkan.
3. Dalam
pembelajaran sebaiknya memiliki metode pembelajaran yang dapat memberikan
keuntungan lebih baik bagi siswa dari segi akademik maupun non akademik.
4. Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal perlu diadakan penelitian lebih lanjut dalam
waktu yang lebih lama misalnya triwulan atau satu semester karena siswa perlu
waktu untuk bisa menyesuaikan diri.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
Muhammad, 1996. Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar.
Arikunto,
Suharsimi, 1993. Manajemen Mengajar
Secara Manusiawi.
Arikunto,
suharsimi. 2001 . Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan .
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek.
Azhar,
lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar
Mengajar Pendidikan.
Djamarah,
Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar
Mengajar.
Hadi,
Sutrisno, 1982. Metodologi Research,
Hamalik,
Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan
Mengajar.
Hasibuan.
J.J dan moerdjiono. 1998 Proses Belajar mengajar .
Margono,
1997. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Masriyah.
1999 Analisis Butir Tes.
Melvin.
L. Siberman. 2004. Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa
Aktif . Bandung Nusamedia dan Nuansa.
Ngalim,
Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan.
Nur,
Moh. 2001. Pemotivasian Siswa
Untuk Belajar.
Nurhadi,
dkk.2004. Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching And Learning/CTL) dan Penerapan Dalam KBK.
Rustiyah,
N.K. 1991 Strategi Belajar Mengajar.
Sardiman,
A.M. 1996 Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar.
Soekamto,
Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model
Pembelajaran.
Sukidin,
dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan
Kelas.
Surakhmad,
Winarno, 1990. Metode Pengajaran
Nasional.
Suryosubroto,
B. 1997. Proses Belajar Mengajar di
Sekolah.
Syah,
Muhibbin, 1995. Psikologi Pendidikan , Suatu Pendekatan Baru.
Usman,
Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru
Profesional.
Lampiran
1
RENCANA PEMBELAJARAN
Satuan
Pendidikan : SDN Jelbuk 02
Mata
Pelajaran : Kewarganegaraan
Pokok
Bahasan : Nilai, macam-macam
norma dan sanksinya
Sub
pokok Bahasan : Pengertian nilai, macam-macam nilai. Pengertian norma dan
sanksinya.
Waktu
: 2 x 45 menit
Putaran
: 1
A. KOMPETENSI DASAR
Kemampuan menganalisis dan menerapkan nilai dan norma(
agama, kesusilaan, kesopanan dan hukum)
B. INDIKATOR
PENCAPAIAN HASIL BELAJAR
1. Mendiskripsikan pengertian dan macam-macam
nilai
2. Mendiskripsikan pengertian dan macam-macam
norma serta sanksinya
3. Menerapkan nilai dan macam-macam norma di
lingkungan sekolah dan masyarakat.
C. TUJUAN
PEMBELAJARAN KHUSUS
Setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat
1. Mendiskripsikan pengertian dan macam-macam
nilai
2. Mendiskripsikan pengertian dan macam-macam
norma
3. Menerapkan nilai dan macam-macam norma di
lingkungan sekolah dan masyarakat
D. PENGALAMAN BELAJAR
Dalam
kegiatan pembelajaran siswa akan dapat
1. Merumuskan pengertian nilai
2. Merumuskan macam-macam nilai
3. Merumuskan pengertian norma dan macam norma
4. Mengidentifikaskan sanksi dari masing-masing
norma melalui studi pustaka
5. Kecakapan hidup:
- Menggali
informasi
- Mengolah informasi
- Komunikasi
tertulis atau lisan, kerjasama
- Menghubungkan variable
- Merumuskan macam-macam norma
- Mendiskipsikan sanksi norma yang ada di
sekolah dan masyarakat melalui persepsi hasil tugas clipping.
E. MODEL
PEMBELAJARAN
1. Model : Gabungan Ceramah dan Simulasi
2 Metode : Ekspsitori
F. SUMBER
PEMBELAJARAN
1. Buku Teks
2. LKS
3. Koran
4. Majalah
Lampiran
2
RENCANA PEMBELAJARAN
Satuan
Pendidikan : SDN
Jelbuk 02
Mata
Pelajaran : Kewarganegaraan
Pokok
Bahasan : Nilai, macam-macam
norma dan sanksinya
Sub
pokok Bahasan : Hubungan nilai dan norma, nilai sebagai sumber norma
Waktu
: 2 x 45 menit
Putaran
: 2
A. KOMPETENSI DASAR
Kemampuan menganalisis dan menerapkan nilai dan norma(
agama, kesusilaan, kesopanan dan hukum)
B. INDIKATOR
PENCAPAIAN HASIL BELAJAR
1. Menyimpulkan hubungan nilai dengan norma
2. Merumuskan nilai sebagai sumber norma
C. TUJUAN
PEMBELAJARAN KHUSUS
Setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat
1. Menghubungkan nilai dan norma
2. Menyimpulkan nilai sebagai sumber dan norma
D. PENGALAMAN BELAJAR
Dalam
kegiatan pembelajaran siswa akan dapat
1. Menganalisis hubungan antara nilai, norma dan
sanksinya
2. Mengkaji nilai sebagai sumber norma melalui
diskusi kelompok
3. Menguraikan nilai sebagai sumber norma
4. Menunjukkan contoh nilai sebagai sumber norma
5. Kecakapan hidup:
- Menggali
informasi
- Mengolah informasi
- Komunikasi
tertulis
- Menghubungkan variable
E. MODEL
PEMBELAJARAN
1. Model : Gabungan Ceramah dan Simulasi
2 Metode : Ekspsitori
F. SUMBER
PEMBELAJARAN
1. Buku Teks
2. LKS
3. Koran
4. Majalah
Lampiran
3
RENCANA PEMBELAJARAN
Satuan
Pendidikan : SDN Jelbuk 02
Mata
Pelajaran : Kewarganegaraan
Pokok
Bahasan : Pengertian hukum
Sub
pokok Bahasan : Pengertian dan penggolongan hukum
Waktu
: 2 x 45 menit
Putaran
: 3
A. KOMPETENSI DASAR
Kemampuan menganalisis dan menerapkan nilai norma,kesopanan
dan hukum
B. INDIKATOR
PENCAPAIAN PENCAPAIAN HASIL BELAJAR
Siswa
mampu mendiskripsikan pengertian dan penggolongan hukum
C. TUJUAN
PEMBELAJARAN KHUSUS
Setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat
1. Merumuskan pengertian dan penggolonan hukum
D. PENGALAMAN BELAJAR
Dalam
kegiatan pembelajaran siswa akan dapat
1. Merumuskan
pengertian hukum
2. Mendiskripsikan penggolongan hukum melalui
pengkajian referensi di kelas.
E. MODEL
PEMBELAJARAN
1. Model : Gabungan Ceramah dan Simulasi
2 Metode : Ekspsitori
F. SUMBER
PEMBELAJARAN
1. Buku Teks
2. LKS
3. Koran
4. Majalah
KATA PENGANTAR
Dengan
mengucapkan Ahlahmudlillah kehadiran Allah SWT hanya dengan limpahan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesai8kan tugas penyuluhan karya ilmiah dengan
judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Pelajaran Kewarganegaraan dengan
menerapkan Strategi Gabungan Ceramah dan Simulasi Pada Siswa Kelas V SD Negeri Jelbuk 02 Kecamatan Jelbuk Kabupaten
Jember Tahun 2010/2011 Penelitian Tindakan Kelas ini disusun untuk memenuhi persyaratan
kenaikan golongan profesi guru dari IV/a Ke IV/b.
Dalam
penyusunan karya ilmiah ini penulis
banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak . Untuk itu terima kasih kami ucapkan dengan tulus
dan sedalam dalamnya kepada :
- Bapak Drs. H.
Achmad Sudiyono, SH.M.Si. Selaku Kepala Dinas
Pendidikan Kabupaten Jember.
- Bapak Drs. I Wayan Wesa Atmaja.,
M.Si Selaku Ketua PGRI Kabupaten Jember.
- Dewan Guru yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.
Semua
pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penulisan
karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk itu segala kritik dan saran yang
bersifat mambangun dari semua pihak selalu penulis harapkan.
Penulis
|
ABSTRAKSI
Meningkatkan Prestasi Belajar Pelajaran Kewarganegaraan dengan menerapkan Strategi Gabungan Ceramah dan Simulasi Pada Siswa Kelas V SDN Jelbuk 02 Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember Tahun 2011/2012
Kata kunci: PKn, metode pembelajaran kooperatif
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan
baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya dengan
membahasnya dengan orang lain. Bukan Cuma itu, perlu “ mengerjakannya” yakni penggambarkan sesuatu dengan cara
mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas menuntut
pengetahuan yang telah atau harus mereka daptkan.
Penelitian ini berdasarkan permasalahan (a) Apakah
penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan
Simulasi dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa terhadap materi pelajaran kewarganegaraan? (b) bagaimanakan
pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis tugas/proyek dalam
meningkatkan motivasi , minat perhatian dna partisipasi belajar
kewarganegaraan?
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah (a) ingin mengetahui
bagaimanakah peningkatan prestasi belajar kewarganegaraan setelah diterapkan pembelajaran kontektual model pengajaran Gabungan
Ceramah dan Simulasi . (b) ingin menetahui pengaruh penbelajaran kontekstual
model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi dalam meningkatkan prestasi dan motivasi
belajar terhadap materi pelajaran Kewarganegaraan
Penelitian ini menggunakan tindakan (Action research) sebanyak tiga putaran.
Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu : rancangan, kegiatan dan
pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Jelbuk 02 tahun pelajaran 2011/2012 Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar
observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar
siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai III yaitu, siklus I (70,00%),
siklus II (82,50%), siklus III (92,50%)
Simpulan dari penelitian ini adalah metode
pembelajaran kooperatif dapat berpengaruh positif terhadap prestasi dan motivasi
belajar Siswa Kelas V SDN Jelbuk 02,
serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative
pembelajaran Kewarganegaraan.
|
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ...................................................................... i
Halaman
pengesahan ...................................................................... ii
Kata
Pengantar ...................................................................... iii
Abstraksi
...................................................................... iv
Daftar
Isi ...................................................................... v
BAB
I PENDAHULUAN
.................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan
Masalah
C. Tujuan
Penelitian
D. Kegunaan
Penelitian
E. Definisi
Operasional Variabel
F. Batasan
Masalah
BAB
II KAJIAN PUSTAKA
............................................................... 7
A. Tinjauan
Tentang Prestasi Belajar
B Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Belaja
C. Motivasi
Belajar
D. Motivasi
Belajar Remaja
E. Prinsip
Motivasi
F. Teknik
Motivasi Berdasarkan Kebutuhan
G. Simulasi
BAB
III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................
26
A. Tempat,
waktu dan subjek penelitian
B. Rancangan
Penelitian
C. Alat
Pengumpulan Data
D. Analisis
Data
BAB
IV HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 33
A. Analisis
Data Penelitian Persiklus
B. Pembahasan
|
A. Simpulan
B. Saran
Lampiran
Lampiran
1 Rencana Pembelajaran 1 .......................................................... 50
Lampiran
2 Rencana Pembelajaran 2 .......................................................... 51
Lampiran
3 Rencana pembelajaran 3 .......................................................... 52
Posting Komentar untuk "Skripsi Meningkatkan Prestasi Belajar Pelajaran Kewarganegaraan dengan menerapkan Strategi Gabungan Ceramah dan Simulasi"