Skripsi Meningkatkan Prestasi Belajar Pelajaran Kewarganegaraan dengan menerapkan Strategi Gabungan Ceramah dan Simulasi



Skripsi Meningkatkan Prestasi Belajar Pelajaran Kewarganegaraan dengan menerapkan Strategi Gabungan Ceramah dan Simulasi


DBINFOBLOG.COM - Berikut contoh Skripsi Meningkatkan Prestasi Belajar Pelajaran Kewarganegaraan dengan menerapkan Strategi Gabungan Ceramah dan Simulasi


Artikel ini hanya memberikan contoh 
Meningkatkan Prestasi Belajar Pelajaran Kewarganegaraan dengan menerapkan Strategi Gabungan Ceramah dan Simulasi


BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang Masalah

              Di dalam belajar-mengajar guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan  salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus  menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode pengajaran.

              Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara pengajaran yang dipergunakan oleh guru  atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai   teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mengajar atau penyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas , agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik. Di dalam kenyataan cara atau metode mengajar  atau teknik penyajian  yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan informasi  atau massage lisan kepada siswa berbeda degnan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, ketrampilan serta sikap. Metode yang digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan suatu masalah yang  dihadapi ataupun untuk menjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan  pendapatnya sendiri di dalam  menghadapi segala persoalan.

              Kita mengenal bermacam-macam teknik penyajian dari yang tradisional,  yang diguakan dahulu kala, tetapi juga yang modern, yang digunakan baru akhir-akhir ini.

              Perkembangan  selanjutnya para ahli   masih  perlu mengadakan penelitian dan eksperimen agar dapat menemukan teknik penyajian yang dipandang paling efektif untuk pelajaran tertentu, apakah hal itu akan terjawab, kita serahkan pada hasil penelitian para ahli tersebut.

              Dari bermacam-macam teknik mengajar itu, ada yang menekankan peranan guru yang utama dalam pelaksanakaan penyajian, tetapi ada pula yang menekankan pada media hasil teknologi modern seperti televise, radio, kasset, video-tape, film, head projector, mesin belajar dan lain-lain, bahkan telah menggunakan bantuan satelit. Ada pula teknik penyajian yang hanya digunakan untuk sejumlah siswa yang terbatas, tetapi ada pula yang digunakan untuk sejumlah siswa yang tidak terbatas.

              Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan intruksional khusus, sebab dalam kegiatan belajar mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dna pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bias membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.

              Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas.  Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (movong about dan thinking alound)

              Untuk bias mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya dan membahasnya dengan  orang lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu “ mengerjakannya,” yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.

              Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penuliis mengambuil  judul ‘ Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewarganegaraan Dengan Menerapkan Strategi  Pembelajaran Kontekstual Model Pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi  Pada Siswa  kelas V SD Negeri Jelbuk 02 Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember tahun  pelajaran 2011/2012

 

B. Rumusan Masalah

              Bertitik tolak dari latar belakang diats maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut:

     1.  Apakah penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi  dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap materi pelajaran Kewarganegaraan pada siswa kelas V SD Negeri Jelbuk 02 Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember

2.    Bagaimanakah pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi  dalam meningkatkan motivasi, minat, perhatian dan partisipasi belajar kewarganegaraan pada siswa kelas V SD Negeri Jelbuk 02 ?

 

C. Tujuan Penelitian

           Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk :

    1.  Ingin mengetahui bagaimanakah peningkatan prestasi belajar kewarganegaraan setelah diterapkan pembelajaran kontekstuial model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi  pada siswa kelas V SD Negeri Jelbuk 02 ?

    2.  Ingin mengetahui pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi  dalam meningkatkan  prestasi dan motivasi belajar terhadap materi pelajaran. Kewarganegaraan setelah diterapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi  pada siswa kelas V SD Negeri Jelbuk 02

 


D.     Kegunaan Penelitian

                  Adapun maksud penulis mengadakan penelitian  ini diharapkan dapat berguna bagi:

         1.  Memberikan informasi tentang model pembelajaran yang sesuai dengan  proses belajar mengajar kewarganegaraan.

         2.  Meningkatkan prestasi dan motivasi pada pelajaran kewarganegaraan

         3.  Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang  peranan guru dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar Kewarganegaraan

         4.  Sebagai penentu kebijakan dalam  upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran kewarganegaraan.

         5.  Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan materi pelajaran Kewarganegaraan.

 

E.      Definisi Operasional Variabel

                   Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

  1. Metode Ceramah adalah:

Adalah suatu cara penyampain bahan pelajaran dengan komunikasi lisan.

  1. Metode simulasi adalah:

Tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu. Jadi siswa itu berlatih memegang perenan sebagai orang lain

  1. Motivasi belajar adalah:

Dorongan dan kemauan belajar yang dinyatakan dalam nilai atau skor yang setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.

  1. Prestasi belajar adalah:

Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.

F.      Batasan Masalah

         1.  Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas V SD Negeri Jelbuk 02 Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember tahun pelajaran 2011/2012

         2.  Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Sepetember semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012

         3.  Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan ceramah dan simulasi


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

 

A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar

    1.  Pengertian Belajar

                  Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan. Yang dimaksud belajar yaitu  perbuatan murid dalam bidang material, formal serta fungsional pada umumnya dan bidang  intelektual pada khususnya. Jadi  belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perbuatan pada sikap dan tingkah laku yang lebih baik,  tetapi kemungkinan mengarah pada tingkah  laku yang lebih buruk.

                  Untuk dapat disebut belajarm maka perubahan harus merupakan  akhir dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhasi-hari , berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu proses yanbg tidak dapat dilihat  dengan nyata prose situ terjadi dalam diri seseorang  yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud  dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi prosesnya  terjadi secara internal di dalam diri indivdu dalam penguasaan memperoleh hubungan-hubungan baru.

 

 

    2.  Pengertian Prestasi Belajar

                  Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah hasil   ynag telah dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasul yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu.

                  Jadi prestasi  adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar  menginginkan hasil yang baik mungkin. Oleh karena itu setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya  supaya prestasinya berhasil degna baik. Sedan pengertian prestasi juga ada yang mengatakan prestasi adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti yang dimampui individu dalam mengerjakan sesuatu.

    3.  Pedoman Cara Belajar

                  Untuk memperoleh prestasi/hasl belajar yang baik dilakukan dengan baik dan pedoman cara yang tepat. Setiap orang mempunyai cara atau pedoman sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman/cara yang satu cocok digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang sesuai untuk anak/siswa yang  lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan individu dalam hal kemampuan, kecepatan dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran.

                  Oleh Karen itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus dikerjakan oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi factor yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya harus mempunyai kebiasaan belajar yang baik.

 

B. Faktot-Faktor yang  Mempengaruhi Prestasi Belajar

    1.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

         Adapun factor-faktor itu dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu

         a.  Factor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut factor individu. Yang termasuk ke dalam factor individu antara lain faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasaran, latihan, motivasi dan faktor pribadi.

         b.  Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut  dengan faktor social

                       Sedangkan  yang faktor social antara lain faktor keluarga, keadaan rumah tangga, guru dan cara dalam mengajarkannya, lingkungan dan kesempatan yang ada atau tersedia dan motivasi social.

                       Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas menunjukkan bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas, bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar akan dapat dilalui dengan lancer dan pada gilirannya akan memperoleh prestasi atau hasil belajar yang baik.

                       Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang tidak menguntungkan dalam arti tidak ditunjang atau di dukung oleh faktor-faktor diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat atau menemui kesulitan.

     2.  Pengertian, Tujuan dan Fungsi Kewarganegaraan

         a.  Pengertian Pendidikan Pancasia dan Kewarganegaraan

                       Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan ditetapkan atas dasar ketentuan yang tersirat dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 pasal 39 ayat (1) Penjelasan pasal tersebut menyatakan “ Pendidikan Pancasila megarahkan perhatian pada model yang diharapkan dapat diwujudkannya dalam  kehidupan sehari-hari, yaitu  perilaku yang memancarkan  nilai-nilai Pancasila” “Dirjen Dikdasmen, 1989:5). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada dasarnya  merupakan usaha untuk membekali peserta didk dengan kemampuan dan sikap serta pengetahuan  dan ketrampilan dasar agar dapat tumbuh menjadi  pribadi, anggota  masyarakat, dan warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara dengan didasari nilai dan norma Pancasila. Sejalan dengan pengertian itu, pendekatan kemampuan tanpa mengabaikan adanya pemahaman terhadap konsep-konsep pengetahuannya.

                       Dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 pasal 39 ayat  (3), dalam penjelasannya menyatakan sebagai berikut, “ sebutan-sebutan pada ayat (3) bukan nama mata pelajaran, melainkan sebuatan yang mengacu pada pembentukan kepribadian dan unsure-unsur kemampuan yang diajarkan dan dikembangkan melalui pendidikan dasar. Lebih dari satu unsure tersebut dapat digabungkan dalam satu mata pelajaran  atau sebaliknya satu unsur dapat dibagi menjadi lebih dari satu  mata pelajaran.

                       Berdasarkan penjelasan di atas dan prinsip  penyederhanaan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum, Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan disatukan menjadi satu mata pelajaran dengan sebutan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Kewarganegaraan)

         b.  Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

                       Sebagaimana fungsi pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraaan, maka tujuan Pendidikan nasional,  tujuan setiap jenjang  pendidikan, serta tahap perkembangan peserta didik yang didasarkan pada nilai morall Pancasila dalam kehidupan seharu-hari merupakan bekal untuk mengikuti pendidikan pada jenjang selanjutnya.

         c.  Fungsi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

                       Penentuan fungsi Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan didasarkan pada tahap perkembangan peserta didik. Makin tinggi taraf perkembangan peserta didik makin  meluas fungsi pendidikan pancasila dan kewarganegaraan. Dalam bagian pendahuluan pengajaran Kewarganegaraan dirumuskan dalam 3 jenjang sesuai dengan satuan pendidikan dengan rincian sebagai berikut:

             1.  Mengambangkan dan melestarikan nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

              2.  Mengambangkan dan membina siswa agar sadar akan hak dan kewajiban taat  pada peraturan yang berlaku serta berbudi pekerti luhur.

             3.  Membina siswa agar memahami dan menyadari hubungan antara sesame anggota keluarga, sekolah dan masyarakat serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (Depdikbud, 1994:1)

 

C. Motivasi Belajar

    1.  Pengertian Motivasi

                   Istilah motivasi menunjuk kepada semua gejala yang terkandung dalam stimulus tindakan kea rah tujuan tertentu di mana sebelumnya tidak ada gerakan  menuju kea rah tujuan tersebut. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan insentif di di luar diri individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan dan mengontrol minat-minat.

                  Suatu prinsip yang mendasari tingkah laku ialah bahwa individu selalu mengambil  jalan pendek menuju suatu tujuan. Orang dewasa mungkin berpandangan bawah di dalam  kelas  para siswa  harus mengabdikan dirinya kepada  penguasaan kurikulum. Akan tetapi para siswa tidak selalu melihat tugas-tugas sekolah sebagai jalan terbaik  yang menujui kearah kebebasan , produktivitas , kedewasaan atau apa saja yang dipandang mereka sebagai perkembangan yang disukai. Dalam hubungan ini tugas guru adalah menolong  mereka untuk memilihj topic, kegiatan atau tujuan yang bermanfaat baimk untuk jangka panjang maupun jangka pendek.

 

D. Motivasi Belajar Remaja

    1.  Harapan untuk sukses dalam memecahkan masalah tingkah laku

         Untuk memecahkan masalah tingkah laku

         a.  Kesulitan tugas yang dipelajari dan banyaknya pengalaman yang telah dimiliki individu untuk mengerjakan tugas yang sama. (Sulit mempelajari sejumlah pengalaman dalam waktu yang sama)

         b.  Penggunaan situasi yang tepat untuk memecahkan masalah yang khusus.Ada dua  kemungkinan memecahkan masalah itu, yaitu gagal dalam arti tidak tercapai tujuan atau sukses dalam arti berhasil apa yang diharapkan. Untuk membuktikan kelompok mana yang berhasil “baik” ada empat kelompok percobaan yaitu:

             a.  Kelompok yang diberi dorongan

             b.  Kelompok yang diberi rintangan (tak diberi dorongan)

             c.  Kombinasi kelompok a dan b

             d.  Kelompok pengontrol yang tidak diberi  penguatan verbal.

    2.  Tinjauan masa Depan yang Optimistis dan Prestasi Akademis

                  Tujuan memberikan arah bagi perilaku sekaligus memberi motivasi untuk bekerja pada saat itu. Individu  yang  berprestas akademi  tinggi tampaknya ditandai oleh sikap-sikap yang lebih optimis dan pemusatan perhatiannya lebih tinggi terhadap tujuan-tujuan masa mendatang.

                  Menurut teori Eston yang sejalan  teori Lewi, bila dalam diskusi para pengelola selalu membicarakan masa akan yang akan dating, berarti mereka mempunyai harapan positif dan optimis. Sebaliknya , mereka yang kurang perhatian, tanpa konsentrasi, berarti  harapannya pendek dan prestasinya rendah.

    3.  Motivasi siswa dalam Hubungan degnan Aktivitas Dorongan Sosial

                  Menurut teori Boyle M.Bortner ( dalam Halamik, Oemar, 2000:179), guru tidak selalu dapat menciptakan motivasi, sedangkan motivasi adalah dasar untuk setiap usaha dan berpengaruh terhadap pihak lain. Contohnya pembuat iklan, penerbit, mandor, dan hakim, selalu memikirkan motivasi. Begitu pula guru harus disukai oleh ynag lain. Motivasi itu sangat penting dan menentukan kegiatan dalam belajar. Bila remaja tidak punya motivasi maka guru tidak menjamin penepatan siswa di kelas tertentu, baik kegiatan belajarnya maupun  keberhasilannya.

                  Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ialah umur, kondisi fusuk dan kekuatan intelegensi yang juga harus dipertimbangkan dalam hal ini. Motivasi sangat penging karena suatu kelompok yang tidak punya motvasi (belajarnya kurang atau tidak berhasil). Dengan demikan, motivasi harus dikembangkan berdasarkan pertimbangan perbedaan individual. Secara umum semua manusia membutuhkan motivasi untuk giat bekerja kecuali  (mungkin0 orang yang sudah tua dan orang yang sedang sakit.

    4.  Dorongan Aktivitas

                  Hampir setiap orang menyukai situasi yang menyediakan pekerjaan. hal ini dapat kita lihat misalnya anak kecil biasanya suka berlari, meloncat, berteriak, bermain  membangun remaja biasanya belajar berorganisasi, berpartisipasi, menari, mengembangkan  hobi dan membuat rencana. Ini berarti bahwa guru harus melihat dan memperhatikan siswa mana yang aktif dan kreatif sehigga perlu diberi kesempatan untuk aktif. Guru membantu  siswa yang mendapat kesulitan atau suatu masalah. Ia memberikan petunjuk dan demonstrasi, melaksanakan karyawisata, survey, wawancara dengan warga  masyarakat dan sebagainya.

    5.  Dorongan untuk merasa aman

                  Remaja mempunyai motif yang kuat untuk mengembangkan  minat dan memperoleh pekerjaan, berdiri sendiri, mengubah status social, dan mengembangkan emosi yang normal.

                  Motivasi dapat digunakan sebaai alat dalam prosedur belajar-mengajar dengan demikian , guru harus membantu mereka dalam memenui kebutuhan akan keamanannya antara lain dengan cara sebagai berikut:

         a.  Memberikan kesempata yang cukup untuk berpartisipasi aktif, memberi semangat, memberi ide dan menyediakan situasi belajar yang baik.

         b.  Melaksanakan kegiatan dramatisasi melalui perencanaan bersama guru dan para siswa.

         c.  Mengadakan survaim wawancara dan mendorong  keberanian mereka dalam forum pertemuan dengan orang dewasa.

         d.  Memecahkan masalah bersama siswa. Guru jangan memecahkan masalah secara samara-samar karena tidak akan berhasil baik.

    6.  Dorongan untuk Masteri (The Mastery)

                  Remaja memiliki keinginan untuk berdiri sendiri. Untuk memuaskan dorongan ini guru harus memberi semangat kepada mereka, antara lain dengan cara :

         a.  Membantu setiap siswa sampai dia sukses.

         b.  Membebaskan siswa dar keterbelakangan

         c.  Mengembangkan kemampuan mereka secara optimal.

         d.  Memberikan bimbingan dan latihan

    7.  Dorongan untuk Dihargai (the Drive for Recognition)

                  Setiap orang ingin dihargai oleh orang lain. Misalnya

         a.  Anak kecil ingin dikenal oleh anggota keluarga lainnya.

         b.  Pada  masa sekolah anak mempunyai kondisi yang kuat untuk dikenal oleh teman-temannya.

                  Beberapa orang siswa merasa tidak beruntung karena mereka tidak mendapat pengakuan social sebagaimana mestinya.  Mungkin siswa yang bersangkutan kurang  kemampuannya. Guru akan berusaha meningkatkan hasil belajarnya, bukan membeda-bedakan dari yang lainnya. Guru perlu memberikan pujian untuk menghargai kemajuan seseorang. Ia hendaknya berusaha menyalurkan minat siswa melalui pengalaman dalam pekerjaan dan dalam hobinya.

        

    8.  Dorongan untuk Merasa  Memiliki (The for Belonging)

                  Keinginan untuk hidup berkelompok juta terdapat di kalangan remaja. Hal ini perlu dikembangkan  sejak kecil sejak anak masuk sekolah mereka menyukai setiap  orang. Hal ini dapat dijadikan modal guru dalam memotivasi. Teknik penyajiannya ialah melalui aktivitas kelompok, panitia kerja, percobaan, pembentukan klub-klub, khusus, misalnya klub percakapan bahasa inggris.

 

E. Prinsip Motivasi

              Prinsip ini di susun atas dasar penelitian yang seksama dalam rangka mendorong motivasi belajar siswa di sekolah berdasarkan pandangan demokrasi. Ada 17 prinsp motivasi yang dapat dilaksanakan:

    1.  Pujian  lebih efektif  dari  pada hukuman . hukuman bersifat menghentikan  suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat   menghargai apa yang telah dilakukan. Oleh karena itu pujial lebih besar nilainya bagi motifasi belajar.

    2.  Semua siswa  mempunyai  kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang harus mendapat  pemusatan. Kebutuhan-kebutuhan itu menyatakan diri dalam berbagai bentuk yang berbeda. Para siswa yang dapat memenuhi  kebutuhannya secara efektif   melalui kegiatan belajar hanya memerlukan sedikit bantuan dalam motivasi dan disiplin.

    3.  Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang  dipaksakan dari luar. Kepuasan yang didapat oleh individu itu sesuai  dengan ukuran yang ada di dalam dirinya sendiri.

    4.  Jawaban ( perbuatan)  yang serasi (sesuai dengan keinginan) memerlukan usaha penguatan (reinformancement)  apabila  suatu perbuatan  belajar mencapai tujuan maka perbuatan itu perlu segera diulang kembali beberapa menit kemudian sehingga hasilnya lebih mantap. Penguatan ini perlu dilakukan dalam setiap tingkat pengalaman belajar.

    5   Motivasi mudah menjalar luar terhadap orang lain. Guru yang berminat tinggi dan antusias akan mempengaruhi para siswa sehingga mereka juga berminat tinggi dan antusias. Siswa yang antusias akan mendorong motivasi para siswa lainnya.

    6.  Pemaham yang jelas tentang tujuan belajar akan merangsang motivasi apabila seseorang telah menyadari tujuan yang hendak dicapainya, perbuatannya kearah itu akan lebih  besar daya dorongnya.

    7.  Tugas-tugas yang bersumber dari diri sendir akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya ketimbang bila tugas-tugas itu dipaksanakan oleh guru. Apabila siswa diberi kesempatan untuk menemukan masalah sendiri dan memecahkannya sendiri ia akan mengembangkan motivasi dan disiplin yang lebih baik.

    8.  Pujian-pujian yang datannya dari luar (external rewards) kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya. Berkat dorongan orang lain misalnya untuk  memperoleh angka yang  lebih tinggi, siswa akan berusaha lebih giat karena minatnya menjadi lebih besar.

    9.  Teknik dan prosedur mengajar yang bermacam-macam itu efektif untuk mendorong minat siswa. Cara mengajar  yang bersifat ini akan menimbulkan situasi belajar yang menantang dan menyenangkan.

    10.Minat khusus yang dimiliki oleh siswa berdaya guna  untuk  mempelajari hal-hal lainnya. Minat khusus yang telah dimiliki oleh siswa, misalnya minat bermain bola basket, akan mudah ditransferkan kepada minat dalam bidang studi atau dihubungkan dengan masalah  tertentu dalam bidang studi.

    11.Kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang minat para siswa yang tergolong kurang tidak ada artinya bagi  para siswa ynag tergolong pandai. Hal ini disebabkan oleh perbedaanb tingkat abilitas pada siswa tersebut. Oleh karena itu guru yang hendak membangkitkan minat para siswanya hendaknya menyesuaikan usahanya dengan kondisi yang ada pada mereka.

    12.Tekanan dari kelompok siswa umumnya lebih efektif dalam memotivasi dibandingkan dengan tekanan atau paksaan dari orang dewasa.

    13. Motivasi erat hubungannya dengan  kreativitas siswa. Dengan teknik mengajar tertentu, motivasi dapat diarahkan kepada kegiatan-kegiatan kreatif. Motivasi yang telah dimiliki oleh  siswa apabila diberi semacam hambatan misalnya adanya ujian yang mendadak, peraturan sekolah, kreativitasnya akan meningkat sehingga dia lolos dari hambatan  itu.

    14. Kecemasan  akan menimbulkanm kesulitan belajar. Kecemasan ini akan mengganggu perbuatan belajar sebab akan mengakibatkan pindahnya perhatiannya kepada hal laan sehingga kegiatan belajarnya menjadi tidak efektif.

    15. Kecemasan dan frustasi dapat membantu siswa berbuat lebih baik. Emosi yang lemah dapat  menimbulkan perbuatan yang lebih energetic, kelakuan yang lebih bergairah.

    16. Tugas yang terlalu sukar dapat mengakibatkan frustasi sehingga dapat menuju kepada demoralisasi. Karena terlalu sulitnya tugas itu, para siswa cenderung   melakukan hal-hal yang tidak wajar sebaga manifestasi dari frustasi yang terkandun di dalam dirinya.

    17. Tiap siswa mempunyai tingkat frustasi dan toleransi yang berlain-lainan. Ada siswa yang kegagalannya justru menimbulkan insentif, tetapi ada anak yang selalu berhasil malahan menjadi cemas terhadap kemungkinan timbulnya kegagalan. Hal ini tergantung pada stabilitas emosi masing-masing.

 

F. Teknik Memotifasi Berdasarkan Teori Kebutuhan

    1.  Pemberian Penghargaan atau Ganjaran

                  Teknik ini dianggap berhasil bila menumbuh kembangkan minat anak untuk mempelajari atau mengajarkan sesuatu. Tujuan pemberian penghargaan adalah membangkitkan atau mengembangkan minat. Jadi penghargaan ni menjadi tujuan. Tujuan pemberian penghargaan Karena telah melakukan kegiatan belajar dengan baik, ia akan terus melakukan kegiatan belajarnya sendiri di luar kelas.

    2.  Pemberian Angka atau Grade

                  Apabila pemberian angka atau grade didasarkan  atas perbandingan interpersonal dalam prestasi akademis, hal ini akan menimbulkan dua hal : anak yang mendapat angka baik dan anak yang mendapat angka jelek. Pada anak yang mendapat angka jelek mungkin akan berkembang rasa rendah diri dan tidak ada semangat ter hadap pekerjaan-pekerjaan sekolah.

                  Dalam hubungan ini, William Glasser dalam Schools without Failure (1969) (dalam Hamalik Umat, 2000:184) menyatakan “ karena  grade a tau angka itu lebih banyak menekankan kegagalan daripada keberhasilan dan karena kegagalan itu merupakan dasar bagi timbulnya masalah-masalah, maka saya menyarankan system pelaporan  kemajuan siswa  yang keseluruhannya menghilangkan kegagalan. Saya menyarankan  jangan ada siswa yang tergolomng gagal atau hal-hal yang menyebabkan a merasa gagal dengan adanya system angka”.

        

    3.  Keberhasilan   dan tingkat Aspirasi

                  Istilah “tingkat aspirasi” menunjuk kepada tingkat pekerjaan yang diharapkan pada masa depan berdasarkan keberhasilan atau kegagalan dalam tugas-tugas yang mendahuluinya. Konsep ini berkaitan erat dengan konsep seseorang tentang dirinya dan kekuatan-kekuatannya.

                  Menurur Smith apa yang dicita-citakan seseorang untuk dikerjakan pada masa datang tergantung pada pengamatannya tentang apa—apa yang mungkin baginya. Menurut Borow, tingkat aspirai banyak tergantung pada inteligensi, status social ekonomi, hubungan dan harapan orang tua. Akan tetapi faktor  yang paling kuat adalah perbandingan besar-kecilnya (proporsi) pengalaman tentang keberhasilan dan kegagalan (Hamalik, Oemar, 2000:185)

                  Dalam hubungan ini guru dapat menggunakan prinsip bahwa tujuan-tujuna harus dapat dicapai dan para siswa merasa bahwa mereka akan mampu mencapainya.

    4.  Pemberian Pujian

                  Teknik lain untuk memberikan motivasi adalah pujian. Namun harus diingat bahwa efek pujian  itu tergantung pada siapa   yang  memberi pujian dan siapa yang menerima pujian itu.  Para siswa yang sangat membutuhkan keselamatan dan harga diri, mengalami kecemasan dan merasa tergantung para orang lain akan responsive terhadap pujian. Pujian dapat  ditunjukkan  baik secara verbal maupun secara non verbal. Dalam bentuk nonverbal  misalnya anggukan kepala, senyuman atau tepukan bahu .

    5.  Kompetisi dan Kooperasi

                  Persaingan merupakan insentif pada kondisi-kondisi tertentu, tetapi dapat merusak pada kondisi yang lain. Dalam kompetisi harus terdapat kesepakatan uyan sama untuk menang. Kompetisi harus mengandung suatu tingkat kesamaan dalam sifat-sifat para peserta.

         Ada tiga jenis persaingan yang efektif:

         a.  Kompetisi interpersonal antara teman-teman sebaya sering menimbulkan semangat persaingan.

         b.  Kompetisi kelompok  di mana setiap anggota dapat memberikan sumbangan dan terlibat di dalam keberhasilan kelompok merupakan motivasi yang sangat kuat.

         c.  Kompetisi dengan diri sendiri, yaitu dengan catatan tentang prestasi terdahulu, dapat merupakan motivasi yang efektif.

                  Adapun kebutuhan akan realisasi diri, diterima oleh kelompok dan kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan dapat lebih banyak dipenuhi dengan cara kerja sama. Menurut lowry dan Rankin (1969) kerja sama adalah fungsi utama dan merupakan bentuk yang paling dasar dari hubungan-hubungan antar kelompok (dalam Hamalik, Umar, 2000: 186)

    6.  Pemberian Harapan

                  Harapan selalu mengacu ke depan Artinya, jika seseorang berhasil melaksanakan tugasnya atau berhasil dalam kegiatan belajarnya dia dapat memperole dan mencapai harapan-harapan yang telah diberikan kepadanya sebelumnya. Itu sebabnya pemberian harapan kepada siswa dapat menggugah minat dan motivasi belajar asalkan siswa yakin bahwa harapannya bakal terpenuhi kelak. Harapan itu dapat merupakan hadiah, kedudukan, nama baik, atau sejenisnya. Sebaliknya cara ini tidak menghasilkan apa-apa jika tidak memenuhi harapan yang diberikan kepada para siswa.

 


G. Simulasi

Dalam pengajaran modern teknik ini telah banyak dilaksanakan, sehingga siswa bisa berperan seperti orang-orang atau dalam keadaan yang dikehendaki.

Simulasi adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu. Jadi siswa itu berlatih memegang peranan sebagai orang lain. Simulasi mempunyai bermacam-macam bentuk pelaksanaan ialah: peer-teancing, sosiodrama, psikodrama, simulasi game dan role prlaying.

Contohnya: siswa melatih mengajar di depan kelas, berperan sebagai buru. Dalam pengajaran konpeksi, siswa berperan sebagai manager, penggunting bahan, penjahit, mereka sedang memerankan sekelompok orang yang mengelola konpeksi pakaian.

Teknik simulasi baik sekali kita gunakan karena:

-          Menyenangkan siswa.

-          Menggalakkan guru untuk mengembangkan kreativitas siswa.

-          Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya.

-          Mengurangi hal-hal yang verbalistis atau abstrak.

-          Tidak memerlukan pengarahan yang pelik dan mendalam.

-          Menimbulkan semacam interaksi antar siswa, yang memberi kemungkinan timbulnya keutuhan dan kegotong-royongan serta kekeluargaan yang sehat.

-          Menimbulkan respon yang positif dari siswa yang lamban/ kurang cakap.

-          Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.

-          Memungkinkan guru bekerja dengan tingkat abilitas yang berbeda-beda.

Walaupun teknik ini baik dan memiliki keunggulan, tetapi masih juga mempunyai kelemahan ialah:

-          Efektivitas dalam memajukan belajar siswa belum dapat dilaporkan oleh riset.

-          Terlalu mahal biayanya.

-          Banyak orang meragukan hasilnya karena sering tidak diikutsertakannya elemen-elemen yang penting.

-          Menghendaki pengelompokan yang fleksibel, perlu ruang dan gedung.

-          Menghendaki banyak imajinasi dari guru maupun siswa.

-          Menumbuhkan hubungan informasi antara guru dan siswa yang melebihi batas.

-          Sering mendapat kritik dari orang tua karena dianggap permainan saja.

Bila guru mampu mengurangi kelemahan-kelemahan itu, maka pelaksanaan teknik simulasi akan berhasil sekali.

 


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

 

         Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) Karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian dskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu  teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

         Menurut Sukidin dkk, (2002L54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3)  penelitian tindakan simulatif terinteratif dan (4) penelitian tindakana social eksperimental.

         Keempat bentuk penelitian tindakan diatas ada persamaan dan perbedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaiman dikutip oleh Kasbolah, (2000) (dalam Sukidin, dkk 2002:55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada (1) tujuaan utamanya atau pada tekanannya (2) tingkat  kolaborasi antara pelaku peneliti dan penelitia dari luar (3) proses yang digunakan dalam melakukan penelitian dan (4) hubungan antara proyek dengan sekolah.

         Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru angat berperan sekali dalam proses penelitian  tindakan kelas. Dalam bentuk in, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktif pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominant dan sangat kecil.

         Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu  siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refreksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

A. Tempat, waktu dan Subjek Penelitian

    1.  Tempat Penelitian

                  Tempat penelitian adalah tempat  yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh  data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SD Negeri Jelbuk 02 Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember tahun pelajaran 2011/2012

    2.  Waktu Penelitian

                  Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnuya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjil 2011/2012

    3.  Subyek penelitian

                  Subyek penelitian adalah siswa-siswa kelas V SDN Jelbuk 02  tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan nilai, macam-macam norma dan sanksinya.


B. Rancangan Penelitian

             Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, Suharsimi 2002:82). Cirri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakana adalah satu strategi pemecahana masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut  dapat saling mendukung satu sama lain.

              Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:

    1.  Permasalahan atau topic yang  dipilih harus memenuhi criteria yitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.

    2.  Kegiatan  penelitian, baik interensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.

    3.  Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien artinya terpilih dengan  tepat sasaran dan tidakj memboroskan waktu dana dan tenaga.

    4.  Metodologi  yang digunalkan harus jelas, rinci dan  terbuka, setiap langkah dari tindakana dirumuskan dengan  tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.

    5.  Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going) mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapta berhenti tetapi  menjadi tantangan sepanjang waktu (Arikunto, Suharsimi, 2002:82:82)

             Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih  yaitu penelitian tindkaan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian  tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan) dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat di lihat pada gambar berikut:


    Penjelasan alur diatas adalah:

    1.  Rancangan/rencana awalk, sebelum mengadakan penelitian menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.

    2.  Kegiatan dan pengamatan meliputi tindakan  yang dilakukan oleh  peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsepo siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterampkannya pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi .

    3.  Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

    4.  rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya:

             Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1,2, dan 3 dimana masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok  bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing-masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk m emperbaiki system pengajaran  yang telah dilaksanakan.

 

C. Alat Pengumpul Data

             Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah (1) untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu : (2) untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai dan (3) untuk memperoleh suatu nilai (Arikunto, Suharsimi, 2002:149). Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individu maupun secara klasikal. Disamping itu untujk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga dapat dilihat dimana kelemahan, khususnya pada bagian mana TPK  yang belum tercapai. Untuk  memperkuat data yang di kumpulkan maka juga digunakan metode observasi (pengamatan )  yang dilakukan oleh teman sejawat untuk mengetahui dan merekam aktivitas guru dan siswa  dalam proses belajar mengajar.

 

D. Analisis Data

             Dalam rangka menyusun dan mengelola data yang terkumpul sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan data kuantitatif. Cara perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:

    1.  Merekapitulasi hasil tes

    2.  Menghitung  jumlah  skor yang tercapai dan prosentasenya  untuk masing-masiong  siswa  dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti  yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 65, sedangkan secara  individual mencapai 85% yang telah memcapai daya serap lebih dari sama dengan 65%.

    3.  Menganalisis hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat pada aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.


BAB IV

HASIL  PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 

         Suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dianggap tuntas secara klasikal jika siswa yang mendapat nilai 65 lebih dari atau sama dengan 85% sedangkan seorang siswa dinyatakan tuntas belajar pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan tertentu jika mendapat nilai minimal 65.

A. Analisis data Penelitian Persklus

     1.  Siklus I

         a.  Tahap Perencanaan

                       Pada tahap  ini peneliti mempersiapkan pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolahan pembelajaran kontekstual model Gabungan Ceramah dan Simulasi dan lembar observasi aktivitas siswa.

         b.  Tahap kegiatan dan Pelaksanaan

                       Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 6 September 2011 di kelas V dengan jumlah siswa 30 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

                       Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui keberhasln siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Table 4.1 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklud I

No

Uraian

Hasil Siklus I

1

2

        3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

70,25

20

70.00

 

             Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan  menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasdis proyek/tugas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 70,25 dan ketuntasan belajar mencapai 70,00% atau ada 20 siswa dari 30 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ter sebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klalsik siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ³65 hanya sebesar 70,00% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi .

         c.  Refleksi

                       Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:

                  1.  Perlu lebih intensif dalam pemotivasian dan penyampaan tujuan poembelajaran.

                  2.  Perlu lebih efektif dalam pengelolaan waktu

                  3.  Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung

         d.  Analisis Data Minat, Perhatian, Partisipasi

             1.  Minat

                            Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 15 anak (62,50%) memiliki minat baik, 10 anak (12,50%) memiliki perhatian cukup, dan 5 anak (25,00% memiliki minat kurang.

             2.  Perhatian

                            Dari analisis data diperoleh hasil  sebanyak 20 anak (50,00%) memiliki perhatian baik, 5 anak (25,00%) memiliki perhatian cukup, dan  5 anak (40,00) memiliki perhatian kurang.

             3.  Partisipasi

                            Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 10 anak (42,50%) memiliki partisipasi baik, 15 anak (35m50%) memiliki partisipasi cukup, dan 5 anak (25,00% memilik pastisipasi kurang.

         e.  Refisi

                       Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.

             1.  Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.

             2.  Guru perlui mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.

             3.  Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bias lebih antusias.

 

    2.  Siklus II

         a.  Tahap perencanaan

                       Pada tahap in peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi  dan lembar observasi siswa.

         b.  Tahap kegiatan dan pelaksanaan

                       Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 7 September 2011 di kelas V dengan jumlah siswa 30 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekuarangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

                       Pada akhir  proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut:

                           Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil  Tes Formatif Sisw pada Siklus II

No

Uraian

Hasil Siklus I

1

2

      3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

75,50

25

82,50

 

             Dari tabel di ata diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 75,50 dan ketuntasan belajar mencapai 82,50% atau ada 5 siswa  dari 30  siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasik telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. adanya  peningkatan hasil belajar sisw ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mengerti apa yang dimaksud dan diinginkan guru dengan menerapkan pembelajaran kontekstual moel pengajaran berbasis proyek//tugas.

         c.  Analisis Data Minat, Perhatian, Partisipasi.

             1.  Minat

                            Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 20 anak (67,50%) memiliki minat baik, 5 anak (15,00%) memiliki minat cukup, dan 5 anak (17,05%) memiliki minat kurang.

                  

             2.  Perhatian

                            Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 18 anak (62,50%) memiliki perhatian baik, 10 anak (17,50%) memiliki perhatian cukup dan 2 anak (20,00%) memiliki perhatian kukrang .

             3.  Partisipasi

                            Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 15 anak (62,50%) memiliki partisipasi baik, 18 anak (22,50%) memiliki partisipasi cukup, dan 7 anak (15,00%) memiliki partisipasi kurang.

         d.  Refleksi

                       Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:

             1.  Memotivasi siswa

             2.  Membimbing  siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep

             3.  Pengelolaan waktu

         e.  Refisi Rancangan

                       Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi uintuk dilaksanakan pada siklus II antara lain:

             1.  Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.

             2.  Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan  pendapat atau bertanya.

             3.  Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.

             4.  Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

             5.  Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.

 

    3.  Siklus III

         a.  Tahap Perencanaan

                       Pada tahap ini penelitian mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, scan tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Seklain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi  dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

         b.  Tahap kegiatan dan pengamatan

                       Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 10 September 2011 di kelas V dengan jumlah siswa 30 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar  mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan  atau  kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

                       Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil  penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut:

                       Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut

              Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil  Tes Formatif Sisw pada Siklus II

No

Uraian

Hasil Siklus I

1

2

      3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

80,50

21

92,50

            

             Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 80,50 dan dari 30 siswa yang  telah tuntas sebanyak 4 siswa dan 5 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 92,50% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan  hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapokan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi  sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.

                  

         c.  Analisis data Minat, Perhatian, Partisipasi

             1.  Minat

                            Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 22 anak (77,50%) memiliki minat baik, 4 anak (12,50%) memiliki minat cukup dan 4 anak (10,00%) memiliki minat kurang.

             2.  Perhatian

                            Dari analisis data diperoleh  hasil sebanyak 7 anak (72,50%) memiliki perhatian baik, 13 anak (17,50%) memiliki perhatian cukup, dan 10 anak (10,00%) memiliki perhatian kurang.

             3.  Partisipasi

                            Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 18 anak (67,50%)  memiliki partisipasi baik, 10 anak (22,50%) memiliki partispasi cukup, dan 2 anak (10,00%) memiliki partisipasi   kurang.

         d.  Refleksi

                       Pada  tahap ini akan dikaji apa yang telah  terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran kontektual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi . Dari data-data yang telah diperoleh dapat diurakain sebagai berikut:

             1.  Selama  proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.

             2.  Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.

             3.  Kekuranan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

             4.  Hasil belajar siswa pada siklus III  mencapai ketuntasan.

         e.  Refisi Pelaksanaan

                       Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran kontekstual model  pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi  dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yuang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi  dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

 

B. Pembahasan

    1.  Ketuntasan Hasil belajar siswa

                  Melalui hasil  penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi  memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I,II dan III) yaitu masing-masing 70,00%,82,50% dan 92,50% . pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

    2.  Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

                  Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi  dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu  dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata—rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

    3.  Aktivitas Siswa  dalam Pembelajaran

                  Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses  pembelajaran Kewarganegaraan pada pokok bahasan nilai, macam norma dan sanksinya dengan pembelajarsan kontekstual model pengajaran berbasis  proyek/tugas yang paling dominant adalah belajar dengan sesame anggota kelompok, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru dan diskusi antara siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.

    4.  Analisis Data  Minat, Perhatian, Partisipasi

         a.  Minat

                       Dari  analisis data siklus I diperoleh hasil sebanyak 15 siswa (62,50%) memiliki minat baik, 10 siswa (12,50%) memiliki minat cukup dan 5 siswa (25,00%) memiliki minat kurang. Siklus II sebanyak 20 siswa (67,50%) memiliki  minat baik, 5 siswa (15,00%) memiliki minat cukup dan 5 siswa (17,50%) memiliki minat kurang. Dan siklus III diperoleh hasil sebanyak 22 siswa (77,50%) memiliki minat baik, 4 siswa (12,50%) memiliki minat cukup dan 4 siswa (10,00%) memiliki minat kurang.

                       Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran Kewarganegaraan dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi  dapat meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran.

         b.  Perhatian

                       Dari analisis data siklus I diperoleh hasil sebanyak 20 siswa (50,00%) memiliki perhatian baik, 5 siswa (25,00%) memiliki perhatian cukup, 5 siswa (25,00%) memiliki perhatian kurang. Siklus II diperoleh hasil sebanyak 18 siswa (62,50%) memiliki perhatian  baik, 10 siswa (17,50%) memiliki perhatian cukup dan 2 siswa (20,00%) memiliki perhatian kurang. Dan siklus III diperoleh hasil sebanyak 15 siswa (77,50%) memiliki minat baik, 18 siswa (12m50%) memiliki minat cukup, dan 7 siswa (10,00%) memiliki minat kurang

                       Dari hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa kegiatan pembelajaran kewarganegaraan dengan menerapkan pembelajaran kontektual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi  dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran.

        

         c.  Partisipasi

                       Dari analisis data siklus I diperol hasil sebanyak 10 siswa (42,50%) memiliki partisipasi baik, 15 siswa 932,50%) memiliki perhatian  cukup, dan 15 siswa (25,00%) memiliki perhatian kurang. Siklus II diperoleh hasil sebanyak 15 siswa (62,50%) memiliki perhatian baik, 18 siswa (22,50%) memiliki perhatian cukup dan 7 siswa (15,00%) memiliki perhatian kurang. Dan siklus III diperoleh hasil sebanyak 18 siswa (67,.50%) memiliki perhatian baik, 10 anak (22,50%) memiliki partisipasi cukup dan 4 siswa (10,00,%) memiliki perhatian kurang.

                       Dari hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa kegiatan pembelajaran kewarganegaraan dengan menerapkan  pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi  dapat meningkatkan partispasi siswa terhadap pembelajaran.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

              Berdasarkan dari tujuan penelitian tindakan kelas (action research) untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang terjadi di kelas, serta berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tigas siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah  dilakukan dapat disimpulkan sebaga berikut:

    1.  Pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi  dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Kewarganegaraan.

    2.  Pembelajaran  kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi  memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (70,00%), siklus II (82,50%), siklus III (92,50%)

    3.  Siswa  dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu mempertanggung jawabkan segala tugas individu maupun kelompok.

    4.  Penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi  mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi, minat, dan partisipasi belajar siswa.


B. Saran

              Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Kewarganegaraan lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

    1.  Untuk melaksanakan pembelajaran kontekstual model Gabungan Ceramah dan Simulasi memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bias diterapkan dengan pembelajaran kontektual model Gabungan Ceramah dan Simulasi dalam proses  belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

    2.  Dalam tahap awal pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasiws proyek/tugas sebaiknya perlakukan kontekstual model pengajaran  Gabungan Ceramah dan Simulasi  yang diterapkan.

    3.  Dalam pembelajaran sebaiknya memiliki metode pembelajaran yang dapat memberikan keuntungan lebih baik bagi siswa dari segi akademik maupun non akademik.

    4.  Untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu diadakan penelitian lebih lanjut dalam waktu yang lebih lama misalnya triwulan atau satu semester karena siswa perlu waktu untuk   bisa menyesuaikan diri.


DAFTAR PUSTAKA

 

 

Ali, Muhammad, 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Algesindo

 

Arikunto, Suharsimi, 1993. Manajemen Mengajar Secara  Manusiawi. Jakarta Rineksa Cipta

 

Arikunto, suharsimi. 2001 . Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta. Bumi Aksara

 

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta; Rikena Cipata

 

Azhar, lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta Usaha Nasional

 

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Rineksa Cipta.

 

Hadi, Sutrisno, 1982. Metodologi Research, Jilid I. Yogyakarta: YP Fak. Psikologi UGM

 

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung Sinar Baru Algesindo.

 

Hasibuan. J.J dan moerdjiono. 1998  Proses Belajar mengajar . Bandung : Remaja Rosdakarya

 

Margono, 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta Rineksa Cipta

 

Masriyah. 1999 Analisis Butir  Tes. Surabaya: Universitas Press

 

Melvin. L. Siberman. 2004. Active  Learning, 101 Cara  Belajar Siswa  Aktif . Bandung Nusamedia dan Nuansa.

 

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung PT. Remaja Rosdakarya.

 

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian  Siswa  Untuk Belajar. Surabaya University Press Universitas Negeri Surabaya.

 

Nurhadi, dkk.2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning/CTL) dan Penerapan Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press)

Rustiyah, N.K. 1991 Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara

 

Sardiman, A.M. 1996  Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

 

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, universitas Terbuka.

 

Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendikia

 

Surakhmad, Winarno, 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung : Jemmars

 

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.

Syah, Muhibbin, 1995. Psikologi Pendidikan , Suatu Pendekatan Baru. Bandung; Remaja Rosdakarya

 

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung. Remaja Rosdakarya.


Lampiran 1

RENCANA PEMBELAJARAN

 

Satuan Pendidikan       :    SDN Jelbuk 02

Mata Pelajaran              :    Kewarganegaraan

Pokok Bahasan             :    Nilai, macam-macam norma dan sanksinya

Sub pokok Bahasan     :    Pengertian nilai, macam-macam nilai. Pengertian norma dan sanksinya.

Waktu                          :    2 x 45 menit

Putaran                         :    1

 

A.     KOMPETENSI DASAR

         Kemampuan  menganalisis dan menerapkan nilai dan norma( agama, kesusilaan, kesopanan dan hukum)

 

B.      INDIKATOR PENCAPAIAN HASIL BELAJAR

         1.  Mendiskripsikan pengertian dan macam-macam nilai

         2.  Mendiskripsikan pengertian dan macam-macam norma serta sanksinya

         3.  Menerapkan nilai dan macam-macam norma di lingkungan sekolah dan masyarakat.

 

C.      TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

         Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat

         1.  Mendiskripsikan pengertian dan macam-macam nilai

         2.  Mendiskripsikan pengertian dan macam-macam norma

         3.  Menerapkan nilai dan macam-macam norma di lingkungan sekolah dan masyarakat

 

D.     PENGALAMAN BELAJAR

         Dalam kegiatan pembelajaran siswa akan dapat

         1.  Merumuskan pengertian  nilai

         2.  Merumuskan macam-macam nilai

         3.  Merumuskan pengertian norma dan macam norma

         4.  Mengidentifikaskan sanksi dari masing-masing norma melalui studi pustaka

         5.  Kecakapan hidup:

              -    Menggali  informasi

              -    Mengolah informasi

              -    Komunikasi  tertulis atau lisan, kerjasama

              -    Menghubungkan variable

              -    Merumuskan macam-macam norma

              -    Mendiskipsikan sanksi norma yang ada di sekolah dan masyarakat melalui persepsi hasil tugas clipping.

 

E.      MODEL PEMBELAJARAN

         1.  Model         :    Gabungan Ceramah dan Simulasi

         2   Metode       :    Ekspsitori

F.      SUMBER PEMBELAJARAN

         1.  Buku Teks

         2.  LKS

         3.  Koran

         4.  Majalah


Lampiran 2

RENCANA PEMBELAJARAN

 

Satuan Pendidikan       :    SDN Jelbuk 02

Mata Pelajaran              :    Kewarganegaraan

Pokok Bahasan             :    Nilai, macam-macam norma dan sanksinya

Sub pokok Bahasan     :    Hubungan nilai dan norma, nilai sebagai sumber norma

Waktu                          :    2 x 45 menit

Putaran                         :    2

 

A.     KOMPETENSI DASAR

         Kemampuan  menganalisis dan menerapkan nilai dan norma( agama, kesusilaan, kesopanan dan hukum)

 

B.      INDIKATOR PENCAPAIAN HASIL BELAJAR

         1.  Menyimpulkan hubungan nilai dengan norma

         2.  Merumuskan nilai sebagai sumber norma

 

C.      TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

         Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat

         1.  Menghubungkan nilai dan norma

         2.  Menyimpulkan nilai sebagai sumber dan norma

   

D.     PENGALAMAN BELAJAR

         Dalam kegiatan pembelajaran siswa akan dapat

         1.  Menganalisis hubungan antara nilai, norma dan sanksinya

         2.  Mengkaji nilai sebagai sumber norma melalui diskusi kelompok

         3.  Menguraikan nilai sebagai sumber norma

         4.  Menunjukkan contoh  nilai sebagai sumber norma

         5.  Kecakapan hidup:

              -    Menggali  informasi

              -    Mengolah informasi

              -    Komunikasi  tertulis

              -    Menghubungkan variable

        

E.      MODEL PEMBELAJARAN

         1.  Model         :    Gabungan Ceramah dan Simulasi

         2   Metode       :    Ekspsitori

 

F.      SUMBER PEMBELAJARAN

         1.  Buku Teks

         2.  LKS

         3.  Koran

         4.  Majalah

 

 

Lampiran 3

RENCANA PEMBELAJARAN

 

Satuan Pendidikan       :    SDN Jelbuk 02

Mata Pelajaran              :    Kewarganegaraan

Pokok Bahasan             :    Pengertian hukum

Sub pokok Bahasan     :    Pengertian dan penggolongan hukum

Waktu                          :    2 x 45 menit

Putaran                         :    3

 

A.     KOMPETENSI DASAR

         Kemampuan  menganalisis dan menerapkan nilai norma,kesopanan dan hukum

 

B.      INDIKATOR PENCAPAIAN PENCAPAIAN HASIL BELAJAR

         Siswa mampu mendiskripsikan pengertian dan penggolongan hukum

 

C.      TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

         Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat

         1.  Merumuskan pengertian dan penggolonan hukum

   

D.     PENGALAMAN BELAJAR

         Dalam kegiatan pembelajaran siswa akan dapat

         1.  Merumuskan  pengertian hukum

         2.  Mendiskripsikan penggolongan hukum melalui pengkajian referensi di kelas.

E.      MODEL PEMBELAJARAN

         1.  Model         :    Gabungan Ceramah dan Simulasi

         2   Metode       :    Ekspsitori

 

F.      SUMBER PEMBELAJARAN

         1.  Buku Teks

         2.  LKS

         3.  Koran

         4.  Majalah

              

 

KATA PENGANTAR

     Dengan mengucapkan Ahlahmudlillah kehadiran Allah SWT hanya dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesai8kan tugas penyuluhan karya ilmiah dengan judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Pelajaran Kewarganegaraan dengan menerapkan Strategi Gabungan Ceramah dan Simulasi  Pada Siswa Kelas V SD Negeri Jelbuk 02 Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember  Tahun 2010/2011 Penelitian Tindakan Kelas  ini disusun untuk memenuhi persyaratan kenaikan golongan profesi guru dari IV/a Ke IV/b.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini  penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak . Untuk  itu terima kasih kami ucapkan dengan tulus dan sedalam dalamnya kepada :

  1. Bapak Drs. H. Achmad Sudiyono, SH.M.Si. Selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jember.
  2. Bapak Drs. I Wayan Wesa Atmaja., M.Si Selaku Ketua PGRI Kabupaten Jember.
  3. Dewan Guru yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.

Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.

          Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat mambangun dari semua pihak selalu penulis harapkan.

                                                                                                Penulis

iii

 


ABSTRAKSI

 Meningkatkan Prestasi Belajar Pelajaran Kewarganegaraan dengan menerapkan Strategi Gabungan Ceramah dan Simulasi  Pada  Siswa Kelas V SDN Jelbuk 02 Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember Tahun 2011/2012

Kata  kunci: PKn, metode pembelajaran kooperatif

          Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya dengan membahasnya dengan orang lain. Bukan Cuma itu, perlu “ mengerjakannya”  yakni penggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan  keterampilan, dan mengerjakan tugas menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka daptkan.

          Penelitian  ini berdasarkan permasalahan (a) Apakah penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi  dapat meningkatkan prestasi belajar siswa  terhadap materi  pelajaran kewarganegaraan? (b) bagaimanakan pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis tugas/proyek dalam meningkatkan motivasi , minat perhatian dna partisipasi belajar kewarganegaraan?

          Sedangkan tujuan dari  penelitian ini adalah (a) ingin mengetahui bagaimanakah peningkatan prestasi belajar kewarganegaraan  setelah diterapkan  pembelajaran kontektual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi . (b) ingin menetahui pengaruh penbelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi  dalam meningkatkan prestasi dan motivasi belajar terhadap materi pelajaran Kewarganegaraan

          Penelitian ini menggunakan tindakan (Action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu : rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian  ini adalah siswa kelas V SDN Jelbuk 02  tahun pelajaran 2011/2012 Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi  kegiatan belajar mengajar.

          Dari hasil  analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai III yaitu, siklus I (70,00%), siklus II (82,50%), siklus III (92,50%)

          Simpulan  dari penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif dapat berpengaruh positif terhadap prestasi dan motivasi belajar Siswa Kelas V SDN Jelbuk 02, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative pembelajaran Kewarganegaraan.

iv

 

DAFTAR ISI

Halaman Judul                       ...................................................................... i      

Halaman pengesahan             ......................................................................  ii     

Kata Pengantar                       ......................................................................  iii    

Abstraksi                                ......................................................................  iv    

Daftar Isi                                ......................................................................  v     

BAB I        PENDAHULUAN .................................................................... 1

          A. Latar  Belakang Masalah

          B. Rumusan Masalah   

          C. Tujuan Penelitian    

          D. Kegunaan Penelitian                                                                      

          E. Definisi Operasional Variabel

          F.  Batasan Masalah     

BAB II       KAJIAN PUSTAKA ............................................................... 7

          A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar

          B  Faktor-faktor Yang  Mempengaruhi Belaja

          C. Motivasi Belajar      

          D. Motivasi Belajar Remaja

          E. Prinsip Motivasi      

          F.  Teknik Motivasi Berdasarkan Kebutuhan

          G. Simulasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 26

          A. Tempat, waktu dan subjek penelitian

          B. Rancangan Penelitian

          C. Alat Pengumpulan Data

          D. Analisis Data           

BAB IV HASIL  PENELITIAN DAN  PEMBAHASAN .......................... 33

          A. Analisis Data Penelitian Persiklus

          B. Pembahasan             

vi

 
 BAB V  SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 46

          A. Simpulan                  

          B. Saran                        

 DAFTAR PUSTAKA            ....................................................................... 48

Lampiran

Lampiran 1 Rencana Pembelajaran 1 ..........................................................  50   

Lampiran 2 Rencana Pembelajaran 2 ..........................................................  51   

Lampiran 3 Rencana pembelajaran 3 ..........................................................  52



 


Posting Komentar untuk "Skripsi Meningkatkan Prestasi Belajar Pelajaran Kewarganegaraan dengan menerapkan Strategi Gabungan Ceramah dan Simulasi"